badge

Sabtu, 30 Desember 2017

Tentang Cinta Malaikat Tanpa Sayap Bernama IBU

Awalnya saya berpikir, menjadi ibu itu mudah. Apalah susahnya ngurus anak, kan tinggal diurus saja. Kalau ribet ya tinggal sewa pengasuh dan serahkan segala urusan ke pengasuh, tinggal bayar mereka tiap bulannya. Semua urusan anak beres, saya bisa santai mengerjakan hal-hal yang saya suka. Tanpa diribetin sama urusan anak nangis, minta main, lapar, pengen mandi, pengen poop, dan tidur. 


Oh, tapi semua mimpi soal  mudahnya jadi ibu buyar saat saya benar-benar jadi ibu. Ternyata jadi ibu bukan sekadar mengeluarkan anak dari perut. Justru, pertama kali melahirkan adalah awal dari gerbang kehidupan selanjutnya. Bukan cuma anak yang terlahir, tapi saya pun 'terlahir' kembali. Terlahir lagi dengan gelar ibu, yang awalnya menyandang gelar perempuan 'single'. 

Mimpi ideal jadi ibu yang ngga mau ribet ngurus anak, benar-benar buyar. Saat melihat mata kecil dari tubuh mungil dalam dekapan. Mata tanpa dosa yang membuat saya ngga rela jika dia diasuh orang lain. Perjuangan melawan lelahnya mengandung, hingga sakitnya melahirkan membuat saya bertekad untuk menjadi ibu yang sebenarnya.

Drama Menjadi Ibu 

Selain karena memang ditakdirkan Tuhan ada di dunia, mamah lah yang punya peran penting hadirnya saya di dunia ini. Apapun yang membuat saya marah pada mamah, tapi perjuangannya melahirkan saya membuat saya ngga akan pernah bisa membencinya. Apalagi saat saya benar-benar merasakan gimana sakitnya melahirkan. Ahh, buyar semua perasaan egois saya sama mamah. Terbang bersama rasa nyeri dan mulas yang hampir membuat saya menyerah buat hidup. 



Drama menjadi seorang ibu dimulai saat tangisan bayi mengisi seluruh ruangan bersalin. Dilanjutkan ketika tubuh mungil dan merah itu merayap pelan di atas tubuh. Mencari sumber makanan dengan segenap tenaganya, walau kenyataanya masih lemah. Setiap gerakannya seakan bilang 'bunda, ini aku'. Drama pun berlanjut dengan nyeri menyusui, terjaga tiap malam demi memuaskan rasa lapar bayi, payudara bengkak hingga berdarah, hingga akhirnya sering menangis sendiri. 

Drama-drama menjadi ibu itu ngga bisa diatasi kalau ngga punya support system. Saya yang kata orang perfeksionis, mau semuanya sesuai dengan apa yang direncanakan. Tapi, terkadang keinginan ngga berbanding lurus sama kenyataan. Walau ada support system, pasti ada halang dan rintang. Dan menjadi ibu, halang rintangnya banyak banget. Mesti kuat, sabar, dan percaya sama kemampuan diri. 

Drama terberat menjadi ibu, ketika saya melahirkan anak kedua yang 'istimewa'. Anak yang awalnya saya kira sehat dan sempurna, ternyata ngga. Sedih? iya, kesal? sangat. Saya sempat menyalahkan Tuhan dan mengutuk takdir. Kenapa harus saya, kenapa harus bayi saya? Saya memandangi langit-langit rumah sakit sambil terisak, sampai tertidur dan berharap ketika bangun, semua cuma mimpi. Tapi, semuanya memang bukan mimpi. Kalau saja suami lemah seperti saya, mungkin kami sudah melakukan hal-hal yang gila. Alhamdulillah, suami menguatkan sambil berkata 'kita orangtua terpilih. Allah menganggap kita mampu, jadi bersabarlah'.

Si Bayi Sakit, Sekarang Berubah Jadi Anak Yang Aktif
Anak saya didiagnosa memiliki kelainan usus. Itu yang menyebabkan dia ngga bisa minum ASI. Walaupun bisa menyusu langsung dari saya, tapi selang beberapa menit, susunya akan dimuntahkan kembali. Susu yang ia minum ngga bisa masuk karena ukuran ususnya yang abnormal. Sebagai ibu, wajar saya sedih luar biasa melihat kalau bayi saya ngga bisa minum ASI. Tubuhnya mengecil, mengkerut, dan keriput. 

Satu-satunya cara agar bayi sakit saya kembali sehat adalah dengan jalan operasi. Cuma itu jalan terbaik untuk mempertahankan nyawanya. Saya dan suami sudah kehabisan kata-kata. Mengikhlaskan bayi merah kami masuk ruang operasi, adalah jalan terbaik setelah berbagai upaya diusahakan. Akhirnya, yaa bayi merah itu masuk ruang operasi. Berjuang lebih dari 3 jam di atas meja operasi dan saya tahu dia kuat.

Itu drama terberat dalam perjalanan saya sebagai seorang ibu. Mungkin dramanya ngga seberat dari ibu yang anaknya punya 'keistimewaan' lebih. Tapi, pengalaman itu menjadikan sayang dan cinta saya pada anak-anak terlalu berlebih.

Cinta Bukan Berarti Bebas

Kini, setelah anak-anak beranjak besar, tantangan menjadi seorang ibu pun makin berat. Walau ada yang bilang saya ibu yang kelewat protektif, saya tidak terlalu peduli.  Anak saya adalah tanggungjawab saya. Saya yang akan dimintai pertanggungjawaban, soal baik buruknya mereka. Jadi, kalau ada yang bilang saya over protektif, akan selalu jadi angin lalu buat saya.

The Tazakka
Cinta pada anak, bukan berarti memberikan semua yang anak inginkan. Bukan berarti mengabulkan apa yang mereka minta. Saya punya 'standar kepantasan' yang saya terapkan. Maksudnya, apakah sesuatu yang diminta anak itu memang sesuai dan pantas. Ada hal-hal yang saya lakukan ketika anak merengek meminta sesuatu, dan mungkin ini bisa jadi tips juga buat orangtua yang lain.

1. Ketika anak meminta sesuatu, lihat apakah sesuatu itu memang dibutuhkan oleh anak atau tidak.

2. Gunakan skala prioritas. Apakah yang diminta anak itu urgent untuk dipenuhi atau bisa ditunda.

3. Lihat apakah apa yang diminta sesuai dengan usianya. Misalnya saja anak usia 4 tahun minta dibelikan smartphone keluaran terbaru. Sungguh itu bukan sesuatu yang harus diberikan pada anak balita.

4. Jika anak merengek dan crancky, biarkan saja. Jangan sekalipun kalah dengan rengekannya. Karena, itu hanya trik yang digunakan agar keinginannya terkabul. Sekali saja kita mengabulkan permohonannya, maka dia akan terus melakukan hal yang sama.

5. Ajari anak untuk bersyukur. Gunakan bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti anak, tapi bukan menakut-nakuti. Minta si kecil untuk bersyukur karena sudah punya banyak mainan dan masih banyak anak yang ngga punya mainan.


Jadi, cinta pada anak bukan berarti kita mengabulkan apa yang mereka inginkan. Mencintai anak banyak sekali caranya. Melindungi mereka dari pengaruh negatif adalah bentuk cinta juga. Saya tipikal yang tegas dan cenderung galak kalau soal nonton tivi dan pergaulan. Apalagi kalau kita lihat berita-berita pergaulan anak jaman sekarang. Duh, bikin ngeri. Jadi, kalau kita sebagai orangtua lembek dan ngga pedulian, bisa-bisa anak kita malah terjerumus pergaulan yang ngga baik.

Ada tips menjaga anak dari pengaruh buruk yang saya terapkan, dan mungkin juga bisa diterapkan oleh buibu yang lain.

1. Buat jadwal nonton tivi. Kalau saya, anak-anak hanya boleh nonton tivi ketika mereka libur sekolah saja. Tayangan tivi pun harus saya perhatikan. Mereka ngga bisa nonton seenaknya. Saya kasih penjelasan juga kenapa tayangan itu ngga cocok buat anak-anak. Dengan begitu, anak-anak paham.

2. Batasi penggunaan gadget. Saya bukan ibu yang anti memberikan gadget pada anak. Bagaimana pun, teknologi digital itu adalah dunia mereka. Kita ngga bisa menjauhkan mereka gadget, tapi kita bisa membatasi. Di rumah, anak-anak saya berikan gadget hanya ketika libur saja. Itu pun masih saya batasi durasinya.

3. Mengenalkan anak pada permainan tradisional. Ini cara yang saya lakukan agar anak ngga selalu pegang gadget. Permainan tradisional kaya congklak, galasin, petak umpet, terbukti bikin anak jadi lupa sama gadget.

4. Perhatikan dan selalu tanya siapa teman-temannya. Beri pengertian tentang siapa yang boleh dijadikan teman dan yang ngga. Kasih alasan yang masuk akal, yang bisa dipahami oleh anak.

Masih banyak sih cara yang bisa dilakukan agar anak tetap 'on track'. Lagi-lagi, semua yang saya lakukan adalah karena cinta yang terlalu besar pada anak-anak. Selalu inginnya, anak-anak menjadi anak yang baik dan ngga mengecewakan banyak orang.

Cinta Ibu Adalah Penyembuh 

Cinta seorang ibu itu ngga selalu harus diungkapkan. Cinta ibu itu selalu terbukti dari semua yang dilakukan. Ibu akan kembali diuji ketika anak sakit. Ada yang sabar, panikan, hingga kesal sendiri. Saya sebenarnya tipe yang panikan tapi tetap jaga image. Maksudnya, saya ngga akan menampakan kepanikan saya di depan anak atau suami.


Sakit yang sering sekali diderita anak-anak itu demam. Penyakit ini ngga bisa dianggap remeh juga. Karena, kalau ngga ditangani dengan baik, maka demam bisa menjadi parah. Walau ngga sering kena deman, tapi ya saya agak worry juga pas salah satu dari mereka ada yang demam. Makanya, pertolongan pertama saat anak demam itu selalu ada. Tempra Syrup ini selalu duduk manis di kotak obat. Jadi pas waktunya dibutuhkan, gampang nyarinya.

Syrup penurun panas yang sudah sangat familiar ini kaya jadi penolong banget. Demam itu kan kadang datangnya ngga bisa diprediksi. Tiba-tiba aja gitu, anak yang tadinya masih lari sana lari sini, eh tiba-tiba lemes dan diam. Syrup penurun panas yang mengandung paracetamol ini memang terbukti cepat menurunkan demam. Bahkan di rumah sakit langganan anak-anak aja, pakai Tempra sebagai pertolongan pertama saat anak demam.

Kandungan paracetamol dalam Tempra Syrup ini bekerja sebagai antipyretic sekaligus analgetic yang berfungsi untuk meredakan nyeri. Nyeri yang suka timbul ketika demam itu kaya nyeri kepala, gigi, dan nyeri badan.

"Parcetamol yang dikenal juga dengan nama acetaminophen adalah obat yang digunakan sebagai analgetic (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam) yang bisa diperoleh tanpa resep dokter. Meskipun paracetamol memiliki efek anti inflamasni, obat ini tidak dimasukkan sebagai obat NSAID, karena efek anti inflamsinya dianggap tidak signifikan. Cara kerja paracetamol yang diketahui sekarang adalah dengan cara menghambat kerja enzim cyclooxygense (COX). Enzim ini berperan pada pembentukan prostaglandin yaitu senyawa penyebab nyeri. Dengan dihambatnya kerja enzim COX, maka jumlah prostaglandin pada sistem saraf pusat menjadi berkurang sehingga respon tubuh terhadap nyeri berkurang. Paracetamol menurunkan suhu tubuh dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di pusat pengendali suhu tubuh di otak" (sumber)

Tempra ini aman di lambung anak karena bebas alkohol jadi ngga menimbulkan efek samping yang bikin khawatir. Ketika akan dikonsumsi, ngga perlu dikocok karena bisa larut dengan mudah. Dosisnya tepat dan ngga perlu khawatir over dosis.


Tempra punya 3 varian yang disesuaikan dengan usia anak. Tinggal pilih yang paling sesuai dengan usia anak.

1. Tempra Drops. Diformulasikan untuk anak 0-1 tahun dengan komposisi 80 mg paracetamol dalam setiap 0.8 ml. Disediakan pipet untuk memudahkan pemberian pada anak. Untuk bayi di bawah 3 bulan, dosisnya harus sesuai petunjuj dokter.

2. Tempra Syrup. Formulaanya disesuaikan untuk anak usia 1-6 tahun. Ini yang selalu tersedia di rumah. Mengandung 160 mg paracetamol dalam setiap 5 ml. Kemasannya dilengkapi dengan gelas takar. Jadi, kita bisa dengan mudah mengukur dosis yang harus diberikan.

3. Tempra Forte. Diformulasikan untuk anak usia 6 tahun keatas. Dalam setiap 5 ml mengandung 250 mg paracetamol. Kadar paracetamolnya memang lebih tinggi karena menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak. Ada gelas takarnya juga, jadi kita ngga perlu pakai sendok lagi.

tempra-obat-penurun-panas
Yang Selalu Ada di Kotak Obat

Tempra punya 3 ukuran yaitu 30 ml, 60 ml, dan 100 ml. Obat penurun panas yang diproduksi oleh PT. Taisho Pharmaceutical Tbk ini berada di bawah pengawasan Taisho Pharmaceutical Co. Ltd Tokyo Jepang. Sebuah perusahaan yang concern pada kualitas hidup manusia yang lebih baik.

Cinta Yang Tidak Akan Pernah Habis

Bagaimana pun kondisi anak, orangtua seharusnya bisa menerima. Ketidaksempurnaan anak yang dilahirkan, semata hanyalah ujian. Sabar atau ngga kita menerimanya. Kita akan 'naik kelas' saat bisa melewati ujian itu. Saya yakin semua ibu yang ada di dunia, pasti sayang sama anaknya. Kalau ada yang keliatan menyia-nyiakan anak, pasti itu bukan dari hatinya.

Cinta ibu, pasti akan selalu ada buat anak-anaknya. Sampai ada pepatah yang bilang 'kasih ibu sepanjang masa'. Cinta ibu buat anak-anaknya ngga akan pernah habis. Bahkan ketika si anak sudah beranjak dewasa, menikah, hingga punya anak lagi.

Mengikhlaskan bayi merah saya untuk dioperasi, adalah bukti cinta saya pada si kecil. Sedih sekali ketika mengantarkannya sampai depan ruang operasi. Tapi, itu harus dilakukan. Ya, saya mengikhlaskannya karena cinta.

Cinta seorang malaikat tanpa sayap bernama IBU itu ngga akan pernah habis untuk anak-anaknya. Selalu berusaha memberikan yang terbaik, walau harus banyak yang dikorbankan. Asal anak bahagia, ibu juga pasti bahagia. Setidaknya itu yang saya rasakan ketika gelar 'IBU' saya dapatkan.

Amazing, Bisa Menjadi Ibu Dari 3 Anak Aktif Ini :) 

5 komentar:

  1. Cinta seorang ibu tak terbatas ruang dan waktu. Itu yg kurasakan. Senakal apapun anaknya, seorang ibu pasti akan ada utk anaknya dengan stock maaf yg tak ada habisnya. Anakku juga cocok dg Tempra.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ya mbak, senakal-nakalnya mereka pasti akhirnya kita tetap sayang. Perjuangan melahirkan mereka yang bikin stok sayang ngga akan pernah habis.

      Hapus
  2. seandainya jadi ibu bisa beneran seperti kalimat pembukanya yah mbak,,, heuheu liat anak sakit aja udah meleleh pengen gantiin sakit aja,, untung ada tempra yang bikin ibu panikan jadi nggak keliatan tenang..

    BalasHapus
  3. anak sakit emang bikin sedih...

    BalasHapus
  4. Aku juga selalu sedia tempra dirumah. Cinta seorang ibu itu memang unconditional love banget ya Teh Uciiii

    BalasHapus

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...