Selasa, 07 Juli 2015

Mengubah Pola Asuh Anak


“Kakak... ayo belajar! Kalo ga belajar nanti ga bisa naik kelas.” 

“Ade... Mainnya jangan berantakan! Kan, bunda cape tiap hari beresin mainan terus.”

Pernah mendengar kalimat seperti itu? atau mungkin pernah kita ucapkan pada anak-anak kita? Begitulah kebanyakan orangtua. Pola asuh yang saat ini masih dipertahankan. Memerintah, melarang dengan ancaman dan berbagai seruan bernada kasar. Orangtua masih beranggapan bahwa merekalah orang pertama yang patut ditaati dan dihormati. Akibatnya banyak anak yang akhirnya menjadi pembangkang.
Pola asuh yang seperti ini memang masih banyak dipegang teguh oleh kebanyakan orangtua. Hanya sedikit yang bisa merubahnya menjadi pola yang lebih lunak dan bersahabat. Ada alasan mengapa pola asuh seperti ini masih dipertahankan dalam hal pengasuhan anak.

Pertama, pola asuh yang dipakai oleh orangtua kita dalam membeasarkan kita. Sangat mungkin terjadi jika kita diasuh dalam asuhan yang keras dan tegas, kita pun akan mengasuh dan menerapkan pola itu pada anak-anak kita. Jika kecil kita sering dibentak, pasti dengan mudah kita membentak anak-anak kita. Pola itu seakan telah membentuk karakter kita menjadi keras dan mudah marah. Mungkin sikap seperti itu bisa melunak jika kita mendapatkan pasangan yang lembut.

Kedua, kecenderungan untuk menjadi pemimpin. Pemimpin biasanya dihormati dan ditaati. Kecenderungan seperti ini yang seakan membuat kita ingin dihormati dan ditaati segala perintahnya padahal anak-anak bukanlah bawahan kita. Mereka bukanlah orang yang wajib menuruti segala kemauan kita. Anak-anak adalah aset yang harus dijaga. Diperlakukan dengan baik dan bersahabat.
Merubah pola asuh menjadi hal penting yang harus kita lakukan jika menginginkan anak-anak tumbuh menjadi anak yang sopan, lembut dan luar biasa. 

Minimalkan penggunana kata-kata perintah dan larangan.

Jika kita ingin meminta anak mengerjakan sesuatu baik untuk dirinya sendiri atau untuk kita, jangan enggan untuk menggunakan kata “tolong”. Terasa berat mungkin bagi yang belum terbiasa. Namun, jika ini dijadikan sebuah kebiasan ketika  meminta anak melakukan sesuatu, maka akan terasa ringan mengucapkannya. Kita tidak akan terlihat rendah di mata mereka. Justru cara ini membuat anak dengan senang hati melakukan apa yang diminta. Dan, secara tidak langsung mengajarkan anak perihal sopan santun. Anak akan meniru ucapan kita saat ia hendak meminta tolong pada temannya atau mungkin pada kita, orangtuanya sendiri.

Sama halnya dengan larangan. Jangan langsung mengatakan “tidak boleh” tanpa menjelaskan kenapa. Anak selalu memiliki persepsi sendiri dan terkadang itu berbeda dengan persepsi orangtua. Jelaskan akibat yang akan timbul jika mereka melakukan sesuatu yang kurang baik.


 Rendahkan suara dan sejajarkan diri.

Berbicaralah pada anak-anak dengan suara yang lembut dan ceria. Jika kita terbiasa bersuara keras, tidak ada salahnya merubah intonasi menjadi lebih bersahabat ketika berbicara pada anak-anak. Merubah kebiasaan memang tidak mudah namun dengan berusaha, kita pasti bisa melakukannya. Merendahkan suara pada anak juga akan melatih anak untuk berbicara pelan pada orang lain.

Posisi yang baik saat berbicara pada anak adalah dengan menyamakan posisi. Kita bisa bersimpuh agar wajah kita sejajar dengan anak. Atau, bisa juga mengajaknya duduk bersama. Posisi ini akan membuat anak merasa nyaman dan menganggap kita lebih bersahabat dengannya.

 Memeluk dan mencium

Sikap ini juga bisa mengajarkan anak untuk berkasih sayang. Lewat pelukan anak akan merasa dicintai apalagi jika diiringi dengan ciuman. Memeluk dan mencium tidak hanya pada saat anak sukses naik kelas atau berhasil melakukan sesuatu. Pelukan harusnya bisa diberikan setiap saat, bahkan saat anak melakukan kesalahan sekalipun. 

Kebanyakan anak akan merasa takut jika melakukan kesalahan. Ia akan berusaha menutupi kesalahan itu semampu mereka. Saat orangtua mengetahui kesalahan yang dilakukan anak, jangan lantas memarahinya. Bertanya lebih dulu apa yang menyebabkan ia melakukann kesalahan itu. Bertanyalah dengan nada lembut dan tidak meninterogasi. 

Setelah mendengarkan penjelasannya, barulah kita bisa memberikan nasehat. Sampaikanlah nasehat yang tidak mengggurui. Dengan begitu, nasehat itu akan mudah terserap oleh otak anak. Walau terkadang mereka acuh ketika orangtuanya berbicara tapi sebetulnya mereka mendengarkan dan meresepai tiap ucapan dari lawan bicaranya. Setelah itu, peluk dan ciumlah mereka. Sikap ini menandakan kita tidak marah. 

Peluk dan ciumlah anak-anak sesering mungkin. Anak yang terbiasa dipeluk, akan menjadi anak yang lembut dan mudah untuk diarahkan.


Merubah pola asuh pada anak memang tidak mudah. Terlebih ketika kita, sebagai orangtua telah menerapkan pola asuh yang otoriter. Namun, berpindah pada pola asuh yang lebih baik dan bersahabat akan lebih baik. Baik bagi anak-anak dan juga lingkungannya. Sebagai orangtua pastilah menginginkan anak yang baik, lembut dan mudah diatur. 

Untuk mewujudkan semua itu haruslah ada usaha dari orangtua. Usaha yang keras untuk menjadikan anak-anak anda lebih baik. Oleh karena itu, mari kita ubah pola asuh dengan pola yang lebih lembut dan bersahabat.
  

6 komentar:

  1. Semoga bisa diterapkan oleh para orangtua termasuk aku walau anak-anakku sudah remaja ya. Tks, Mbak Suci. :)

    BalasHapus
  2. Iyes, cara mendidik anak memang harus diperbaharui demi tumbuh kembang anak yg lebih maju.

    BalasHapus

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.