Minggu, 30 April 2017

Kebanyakan Interaksi Di Dunia Maya, Awas Kamu Bisa Sakit Jiwa !



Apa korelasinya antara kebanyakan main di media sosial sama sakit jiwa? Ada yang tahukah? Kalau ada yang tahu, saya kasih hadiah like dan follow deh :p Keduanya punya korelasi yang efeknya bisa merugikan diri kita sendiri dan lingkungan sekitar.

Sadar atau ngga ya kalau saat ini kita tuh udah diserbu oleh kecanggihan teknologi. Semuanya serba modern, mobile, dan cepat. Kita yang ngga cerdas dalam menghadapi perkembangn teknologi, bisa rentan kena stress. Memang di satu sisi, teknologi akan memudahkan kita untuk beberapa urusan. Tapi di sisi yang lain, teknologi bisa jadi bumerang bagi kita. Ngga menutup kemungkinan si teknologi ini malah bisa menyakiti diri kita sendiri.


Dari sekian banyak perkembangan teknologi, yang paling ngehits itu perkembangan media sosial (medsos). Berapa sih jumlah medsos yang ada saat ini? Jujur saya ngga hapal apa aja medsos yang ada sekarang. Tahunya cuma facebook, twitter, sama instagram. Karena memang hanya mainnya di 3 itu aja, yang lainnya saya ngga ikutan.

Tujuan diciptakannya medsos kan agar kita tetap bisa terkoneksi dengan orang-orang yang jauh. Istilahnya mendekatkan yang jauh. Tapi, makin ke sini, tujuan medsos jadi meluas. Malah ada yang bilang kalau medsos itu bukan hanya mendekatkan yang jauh, tapi juga menjauhkan yang dekat. Loh, bisa gitu ya? Bisa, karena ketika kita berinteraksi dengan media sosial di dekat orang-orang terdekat kita, kita akan lupa segalanya. Kita akan sibuk masing-masing dengan gawai di tangan.

Medsos kini jadi ajang unjuk diri. Kita sebagai user, harusnya tahu porsinya. Ngga semua aktivitas yang kita lakukan, harus dishare seantero medsos. Ada yang harus kita keep dan ngga diumbar ke khalayak maya.

Stay Cool With Social Media 

Kalem aja. Iya, ber-medsos itu jangan grasa grusu. Wong, cuma dunia maya kok. Dunia yang banyakan ngga nyatanya. Porsinya pun ngga perlu banyak-banyak. Secukupnya aja.

Efek dari ketidak-proposional-an dari penggunaan medsos, kita bisa rentan terhadap penyakit jiwa. Nah, loh. Ngga percaya?


Saat saya menghadiri undangan Temu Blogger bersama Kemenkes dan RS Jiwa Soeharto Heerjan, saya dapatkan fakta bahwa benar ada korelasi antara kebanyakan main online sama penyakit jiwa. Orang yang menghabiskan waktunya secara berlebihan hanya untuk internet disebut juga dengan Internet Addict.

Acara yang diadakan dalam rangka ulang tahun ke 150 RS Jiwa Soeharto Heerjan ini awalnya bikin saya agak-agak gimana gitu ya. Bayangin, acaranya itu diadakan di Rumah Sakit Jiwa yang identik sama pasien-pasien sakit jiwa. Kalau saya di 'suit-suit' in atau tiba-tiba diketawain gimana hayoo :p

Tapi, ternyata pikiran saya salah. Lagian kalau pasien yang sakit itu mana ada yang dilepas bebas. Pasti mereka ada dalam ruangan khusus lah ya. Maklum biasa nonton film Warkop DKI, jadi gambaran Rumah Sakit Jiwa itu banyak orang yang sakit pada keliaran :)

Budi Putra  (photo bf Febriyanti)

Ada beberapa narasumber yang dihadirkan dalam acara Temu Blogger ini. Ada Budi Putra, Senior Blogger yang pernah dinobatkan sebagai Blogger Senior Pertama di Indonesia. Budi berbagi soal pengalamannya sebagai seorang blogger. Ada kata-kata yang Budi ucapkan dan emang bener banget, yaitu 'menjadi blogger itu mudah, yang susah itu mengakhirinya' :)

Benar sih. Untuk jadi seorang blogger modalnya cuma jaringan internet aja. Gampang. Cukup bikin email then kita bisa punya blog. Ya, semudah itu aja buat jadi blogger. Kan blogger itu adalah orang yang punya blog. Tapi beda lagi kalau mau disebut profesional. Tentu kita harus konsisten untuk update blognya dengan konten yang berkualitas.

Dalam materi Pentingnya Konten Blog, Budi berpesan kalau sebagai blogger kita harus ekstra hati-hati dalam menulis. Kualitas seorang blogger itu dinilai dari tulisannya. Makin berkualitas tulisannya, maka makin berkualitas juga sebagai seorang blogger.

Satu lagi, jangan buru-buru share berita yang belum jelas kebenarnnya di media sosial. Jangan asal membagikan berita apapun sebelum kita baca tuntas. Kadang kan ya, kita cuma baca dari judulnya aja. Tanpa baca sampai selesai, kita langsung buru-buru share biar dibilang up to date  -______-

Bijak Bersosial Di Dunia Maya 

Materi penting dari Temu Blogger ini adalah bahasan soal korelasi antara kebanyakan main internet sama sakit jiwa. Hayoloh.. .siapa yang durasi onlinenya ngalahin orang kerja yang cuma 8 jam?

Dr. Suzy Yusna Dewi (photo by Febriyanti 

Dr. Suzy Yusna Dewi, SpKJ (K) yang sehari-hari menjadi psikiater anak dan remaja mengatakan, banyak dampak yang timbul dari kecanduan internet. Mereka yang kecanduan internet akan mengalami depresi serta gangguan yang signifikan pada pekerjaan, pendidikan, keluarga, dan interaksi sosial.

Menurut Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna internet terbesar ada di 5 pulau yaitu; Jawa (52 juta), Sumatera (18,6 juta), Sulawesi (7,3 juta), Papua (5,9 juta), Kalimantan (4,2 juta).

Kalau menurut studi yang dilakukan UNICEF pada tahun 2014, ditemukan fakta bahwa;

  • 98 % dari anak dan remaja (10-19 tahun) yang menjadi responden, tahu tentang internet. Dan ditemukan fakta juga kalau 79,5% atau setidaknya ada 30 juta anak dan remaja yang merupakan pengguna internet
  • Mereka menggunakan internet sudah lebih dari setahun dan pertama kali tahu cara menggunakan internet dari teman sendiri. 
  • 69% responden menggunakan komputer untuk mengakses internet. 34% menggunakan laptop dan sekitar 2% yang terhubung dengan video game. 
  • Lebih dari setengah responden, sekitar 52% menggunakan ponsel untuk mengakses internet. Namun hanya 21% yang menggunakan smartphone dan 4% untuk tablet. 
Dari fakta di atas, membuktikan kalau adiksi internet udah dimulai sejak anak-anak. Siapa yang kalau anaknya nangis or rewel langsung 'dijejelin' smartphone? hayoo ngaku :p Itu sangat-sangat ngga recomeded ya buibu. 

(kayanya saya bakal nulis dalam satu postingan aja deh soal internet addict ini, karena materinya banyak banget dan penting untuk disampaikan)

Mau tau ciri-ciri orang yang kecanduan internet? Cirinya antara lain; sulit konsentrasi, ngga fokus, jika berbicara menghindari kontak mata, mudah marah, suka melamun, gelisah jika ngga bisa mengakses internet. 

Kecanduan internet inilah yang jika ngga ditangani maka bisa menyebabkan deperesi hingga akhirnya stress dan mengalami gangguan jiwa. So, bijak dan cerdas ya dalam menggunakan internet dan media sosial. Jangan berlebihan dan terlalu lebay. Apa-apa di share, apa- apa ditanggapi, apa-apa dibikin pusing, dan apa-apa dijadikan bahan perdebatan. 

Dunia nyata jauh lebih indah daripada dunia ciptaan manusia itu. Porsi bersosialisasi di kehidupan yang sebenarnya harus lebih besar daripada dunia maya. Kalau ngga mau kena penyakit jiwa, dikurang-kurangi deh porsi interaksi sama gawainya. Banyakin bergaul dengan duni nyata aja karena dunia nyata itu lebih asik daripada dunia maya.

Hospital Tour 

Ngga cuma hotel aja yang ada tournya, acara temu blogger di RSJ Soeharto Heerjan ini juga diselingi tour. Blogger yang hadir diajak ke beberapa ruangan yang digunakan sebagai saran rehabilitasi para pasien.

Dimulai dari ruangan Day Care. Bukan Day Care yang kita kenal as tempat penitipan anak itu ya. Tapi memang istilah yang dipakai untuk ruangan ini adalah Day Care. Di ruangan ini kami diajak melihat jadwal dan aktivitas para pasien. Pas kami berkunjung kebetulan lagi ngga kegiatan, jadi di ruangan hanya ada terapisnya aja.



Masuk ke ruangan Day Care, mata kami langsung disuguhi oleh karya-karya para pasien. Ternyata oh ternyata hasil kerajinan yang mereka buat bagus-bagus banget. Ada hantaran nikah, dompet dan tas ala decoupage, bros, dan lukisan yang bikin saya berdecak kagum saking bagusnya. Mereka yang ikut aktivitas di Day Care adalah pasien yang sudah tingkat emosionalnya sudah stabil.



Menurut dr. Sufitri yang menjadi guide kami, ada 3 tahapan yang harus dilalui oleh pasien untuk proses penyembuhan. Tahap pertama adalah seleksi yang dilakukan sebanyak 5 kali, tahap kedua adalah proses aktivitas dilakukan sebanyak 20 kali, yang terakhir adalah proses mandiri dilakukan sebanyak 60 kali. Pasien juga diberi latihan fisik seperti gym dan senam.

Ada banyak sekali kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi kejiwaan para pasien. Setelah mereka dinyatakan sembuh, ngga lantas ditinggal gitu aja. Para pasien tetap dapat pemantauan dari pihak rumah sakit. Nah, para pasien yang sudah dinyatakan sembuh ini dibekali dengan keterampilan. Tujuannya agar mereka bisa mandiri dan bisa membuka usaha sendiri. Keterampilan yang diajarkan adalah membuat roti, salon, membuat telur asin, melukis, dan masih banyak lagi.

Sejarah Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerjan

Awalnya saya pikiri rumah sakit jiwa Grogol itu adalah rumah sakit Sumber Waras. Ternyata saya salah euy. Tahunya cuma di Grogol itu ada rumah sakit jiwa.



RSJ Soeharto Heerjan didirikan berdasarkan Keputusan Kerajaan Belanda tanggal 30 Desember 1865, No. 100 dan berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal  tanggal 14 April 1867. Pembangunannya sendiri dimulai  pada tahun 1867. Untuk menghilangkan stigma negatif masyarakat, Rumah Sakit Jiwa Grogol diubah namanya pada tahun 1973 dengan nama Rumah Sakit Jiwa Jakarta. Kemudian, pada 1993 namanya diubah lagi jadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta. Terkahir, tahun 2002 diubah menjadi Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerjan hingga saat ini.

RSJ Soeharto Heerjan menerima pasien BPJS. Jadi ngga perlu khawatir akan biaya rehabilitasi dan perawatannya. Ngga cuma orang yang mederita gangguan jiwa aja yang bisa berobat di sini. Tapi orang-orang yang depresi atau memiliki masalah pun bisa berkonsultasi di RSJ ini.

Kontak 
RSJ Soeharto Heerjan 
Jalan DR. Latumeten No. 1 Grogol Jakarta Barat 11460 
Telp. 021-5682841-43 Fax. 021-5682842
Email : rsjsh.jkt@gmail.com
www.rsjsh.com






5 komentar:

  1. Iya, ya? Aku baru sadar kalau dunia maya apalagi medsos pengaruh banget sama emosi kita. Lihatpostingan apa dikit, kesel, sebel, dan sebagainya. Lebih bijak memang pilihan yang harus dijalani. :) Btw, karya para pasien keren2 ya, Mbak? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kita sebagai user memang harus lebih bijak ya dalam menggunakan medsos :)

      Hapus
  2. Tahun ini Alhamdulillah sudah mulai mengurangi bersentuhan terus-terusan dengan sosmed. Terutama facebook. Pelan-pelan dengan tidak mengaktifkan notifikasi. Awalnya berat. Kalaupun ada notifikasi muncul di layar hp, tetap gak bisa diklik. Jadi malas ngeklik, dan selamat sepuluh dua puluh menit ke depan :D

    Lalu kemaren2 keranjingan whatsapp, namun untungnya sekarang orang lain juga jenuh dengan grup2 di WA. Entah apa yang mau dibahas lagi sehingga puluhan grup WA pun sepi :D lagi-lagi berkurang waktu yang terbuang. Alhamdulillah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. uchi pun maunya jaga jarak dengan sosmed. Ini sedang dilatih pelan-pelan, Karena capek juga lama-lama sama sosmed :)

      Hapus
  3. Alhamdulillah jd semakin sadar sih dampak medsos yg menyeramkan kalo kita ga pinter pinter membatasi sesuai proporsi. Pantes ya bnyk artis yg berhenti bersosmed hehhe

    BalasHapus

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.