Senin, 15 Mei 2017

Agar Anak Mau Jujur Dan Berani Bicara



Buibu, pernah ngga mengalami ketika anak tiba-tiba diam dan enggan bicara? Udah ditanya kenapa, tetap aja mereka ngga jawab. Kalau saya, pernah. Malah bisa dibilang sering juga. Memang, awalnya saya pun agak kesulitan bujuk anak yang tiba-tiba ngambek atau diam tanpa kata. Biasanya pakai bonus wajah ditekuk dan bibir manyun :) Betapa pemandangan yang sangat kurang sedap dipandang mata -___-


Lalu, ketika anak diam seribu bahasa, apa yang biasanya dilakukan buibu? bujuk pakai hadiah, dipeluk, atau malah ngomel? Saya tahu, setiap orangtua pasti punya cara sendiri dalam membujuk anak. Beragam cara pun dilakukan supaya si kecil mau mengungkapkan isi hatinya. Ada yang berhasil, ada juga yang gagal dan si kecil tetap dengan aksi diamnya. 
Saya memang bukan ahli nujum yang bisa baca pikiran orang termasuk anak-anak. Saya cuma suka memerhatikan kenapa anak-anak itu kadang enggan jujur sama orangtuanya. Berdasarkan pengalaman 18 tahun jadi anak dan 10 tahun jadi orangtua, setidaknya ada beberapa alasan kenapa anak malas ngomong sama orangtuanya. 
  1. Orangtua Galak. Hmm, siapa nih yang kaya gini? Menurut saya, ini alasan yang paling utama. Gimana juga anak mau ngomong, kalau anak baru ngomong satu kata aja udah disambut 12 kata sama orangtuanya. Galak dan tegas itu dua hal yang berbeda ya buibu. Kalau orantuanya galak, gimana anak bisa nyaman ngobrol sama orangtuanya. Padahal setiap anak itu pasti punya cerita yang mau dia bagikan. Tapi kalau orangtuanya ngga bersahabat, tentu bakal jadi 'tembok penghalang' antara anak dan orangtua. Jadi buat para orangtua galak, mulailah bersahabat dengan mereka.
  2. Bukan Pendengar Yang Baik. Ada yang kalau anaknya lagi ngomong, tapi malah dicuekin? Kadang saat anak-anak berbagi cerita sama orangtuanya, mereka cuma pengen didengerin aja. Tanpa perlu dikasih masukan. Walau bagi kita apa yang diceritakan anak itu sesuatu yang ngga penting, tapi bagi mereka mungkin ada kebahagiaan tersendiri, setelah cerita dengan orangtuanya. Maka, jadilah pendengar yang baik bagi mereka. 
  3. Tidak Responsif / Ekspresif. Datar aja gitu. Tiap kali anak cerita, orangtua ngga pernah nunjukin antusiasnya untuk mendengarkan. Kalau anak masih balita, kita perlu ekspresif ketika mendengarkan cerita mereka. Coba deh perhatikan Guru TK deh. Bagaimana ia menanggapi setiap cerita anak muridnya yang lucu-lucu. Belajar membuat ekspresi-ekspresi menyenangkan. 
Bagi yang anaknya udah biasa cerita apapun, maka bersyukurlah. Artinya orangtuanya memang asik diajak curhat. Pertahankan. Tapi bagi orangtua yang anaknya ngga berani bicara apalagi jujur soal apapun, berarti ada yang perlu diperbaiki ya.


Dan, ngomongin soal #BeraniBicara ini, beberapa waktu yang lalu saya mengikuti sebuah talkshow bersama SariWangi di sebuah resto di Jakarta. Ada psikolog Ratih Ibrahim dan brand ambassador SariWangi Mona Ratuliu yang jadi narasumber. Acara yang dikemas dengan hangat dan santai ini dihadiri oleh blogger dan media. Ngga tertalu banyak sih yang datang, jadi acaranya ngga crowded :) 



Menurut Ratih, seringnya bercerita memang ngga menjamin isi cerita. Ngga selalu yang diceritakan itu merupakan isi hati yang sebenarnya. Berdasarkan survey yang dilakukan bersama SariWangi, 2 dari 3 responden mengatakan alasan kurangnya keterbukaan adalah untuk menghindari konflik. Padahal dengan terbuka dan berani bicarakan isi hati, akan mengurangi risiko depresi pada seseorang. 

Di lingkungan terkecil yaitu keluarga, ibu yang punya peran penting bagi anggota keluarga lain. Kalau kata orang, ayah kepala keluarga, ibu lehernya :) Untuk urusan rumah, ibulah yang pegang kendali. Anak-anak pun biasanya lebih dekat sama Ibu. Bukan berarti ngga dekat dengan ayahnya. Tapi berdasarkan pengalaman, anak-anak biasanya akan lebih terbuka pada ibunya dibanding ayahnya. Ibu berperan sebagai fasilitator untuk memulai sebuah percakapan. Dibanding Ayah, ibu lebih berperan sebagai emotional supporter dalam memberikan dukungan dan kehangaatan pada keluarga.



Ngomongin permasalahan berani bicara ini, Mona Ratuliu yang juga seorang ibu dari 3 orang pun mengalami tantangan untuk mengungkapkan isi hatinya. Pernah satu waktu Mona mendapatkan pekerjaan, tapi untuk waktu yang ngga sebentar dan harus meninggalkan anak-anak dan suami. Bingung dong ya. Saya aja yang bukan artis kalau ninggalin anak-anak suka sedih. Mona mencoba memberanikan diri buat jujur pada anak dan suami. Jadi, Mona mengajak anak dan suami untuk ngumpul sambil minum teh. Setelah semuanya kondusif, Mona pun berani mengungkapkan isi hatinya. 

Menurut Ratih, kebanyakan dari kita itu menghidari pembicaraan yang menjurus pada konflik. Selain itu, hal-hal sensitif yang terkindikasi bisa menyebabkan suasana jadi panas, pun dihindari. Jujur, saya juga begitu. Kalau ujung-ujungnya malah beda pendapat dan malah jadinya ribut, mending saya hindari aja.

Kembali pada anak yang enggan jujur pada orangtuanya, mungkin tips ini bisa diikuti ya buibu. Ini sih berdasarkan pengalaman saya bagaimana membuat anak nyaman curhat sama kita, ibunya. 

1. Buat suasana senyaman mungkin. Bisa ajak anak ke taman, kamar, atau ruang keluarga ketika dia udah siap-siap mau cerita. Boleh sambil minum teh atau ngemil-ngemil cantik dan ganteng gitu. Supaya suasana lebih cair dan hangat. 

2. Jadilah pendengar yang baik. Kalau mereka udah siap-siap mau cerita, langsung pasang telinga dan fokus. Kalau lagi pegang ponsel, letakkan dan ubahlah fokus kita pada mata anak. Kadang mereka itu hanya butuh didegar loh. 

3. Berikan ekspresi. Jadi kalau anak udah cerita panjang lebar, mbok ya jangan flat amat muka kitanya. Tunjukkan kalau kita suka dengan ceritanya dan berikan ekspresi yang menyenangkan. Dengan begitu, anak merasa kalau orangtuanya memang mendengarkan dengan antusias. Ada saatnya kita harus JaIm, tapi untuk yang satu ini, ekspresif-lah :)

Ngga susah kan ya buibu. Ciptakan suasana yang kondusif supaya ketika anak-anak ingin bercerita, mereka ngga segan. Raut wajah pun menentukan mau nggak-nya anak ngobrol sama kita, orangtuanya. Kalau belum apa-apa mukanya udah kenceng duluan, ya jangan salahin anak kalau mereka lebih suka menyimpan ceritanya sendiri.



Pentingnya ngobrol dan terbuka antar anggota keluarga ini, disikapi positif oleh SariWangi. Melalui kampanye #BeraniBicara, SariWangi mengajak masyarakat untuk berani bicara dan mengungkapakan isi hati. Kalau ngobrol sambil minum teh dan ngemil kan ngobrolnya jadi tambah asik. Karena teh ini punya kandungan flavanoid dan theanin yang bisa memberikan rasa rileks, meningkatkan fokus,  dan bisa mengurangi stress. Teh juga bisa jadi fasilitator supaya momen emas berkumpul sama keluarga jadi lebih hangat.

Lewat kampanye #BeraniBicara, SariWangi meluncurkan video Kisah Keluarga Mona. Berisi cerita-cerita tentang bagaimana Keluarga Mona Ratuliu #BeraniBicara untuk mencari solusi dari permasalahan yang biasanya dihadapi keluarga Indonesia. Saya pas nonton, sampe ikutan terharu. Karena ceritanya memang mirip dengan cerita yang pernah atau sering terjadi.

penasaran gimana jalan ceritanya? tonton deh videonya 



Mulai hari ini, latih anak-anak untuk selalu jujur dan mau #BeraniBicara pada orangtuanya. Posisikan diri kita sebagai sahabat mereka, sehingga mereka ngga enggan buat mengeluarkan unek-unek dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Dengan begitu, anak bisa terhindar dari risiko stress. 




          

6 komentar:

  1. Makasih remindernya ya ucii..bermanfaat banget niiih. Kudu dibookmark..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau bermanfaat, makasih udah mau mampir mbadew :)

      Hapus
  2. Kadang begitu juga Hani mba....aku colek aja.dah gitu Bru may ngomong

    BalasHapus
    Balasan
    1. kudu sabar juga ya kita sebagai orangtua. PR banget kalau sampai anak ngga mau jujur sama orangtuanya :)

      Hapus
  3. Raya termasuk anak yg jago kandang, tapi kalau di depan umum pasti ngga mau ngomong... Aku ngga pernah maksa Raya kasian, soalnya ntar stress hahahah.. kl dirumah sih pasti cerita macem2 sama aku, tapi kl ada orang lain langsung diem :D Yg penting buat aku, Raya tetep komunikasi dgn baik sama aku & bapaknya, tiap anak beda, ada yg berani ngomong dikeramaian ada yg ngga.. jadi belajar dikit2 aja ngga perlu dipaksa :D

    BalasHapus
  4. Bener nih, jangan sampai karena kesibukan dari orang tua si anak malah menciptakan teman imajinasi sendiri untuk menyalurkan emosinya. Makasih ya tukisannya bermanfaat.. ��

    BalasHapus

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.