Selasa, 07 November 2017

Memilih Sunyi


Rasanya udah beberapa bulan ini saya jadi silent user of socmed, maaf istilahnya agak maksa karena ngga nemu padanan yang tepat. Ngga seratus persen silent juga sih karena masih ngelike, ngelove, dan kasih komen di status atau postingan temen. Tapi kalau untuk update status sekarang ini udah jarang banget. Saya hanya memerhatikan 'keriuhan' yang terjadi di jagat media sosial. Masih penuh warna. Ada yang lucu, gemes, sampai bikin naik darah.



Memutuskan untuk ngga terlalu 'berisik' di media sosial saya rasa pilihan yang tepat  untuk saya, saat ini. Setiap hari saya masih sempatkan buka media sosial, sekadar tahu apakah ada notif yang penting untuk dibalas, atau sekadar tahu keadaan teman-teman aja. That's it. Oh iya, satu lagi siapa tahu ada job yang cocok.

Saya ngerasa, saat ini banyak pengguna media sosial yang tingkat berisiknya ngga beda jauh kaya di pasar. Atau ibarat sekelompok ibu-ibu yang ngumpul terus ngegosip perselingkuhan artis. Sesuatu yang ngga ada hubungan sama diri sendiri tapi heboh diomongin. Sungguh wasting time sekali. Iya, emang ngga semua pengguna media sosial seperti itu. Ada yang benar-benar menggunakannya dengan baik. Tapi prosentasinya paling ngga lebih dari sepertiganya. Sama ketika Allah selalu menyebut kata 'sedikit' untuk orang-orang beriman dan kata 'kebanyakan' untuk kaum yang tidak beriman. Ngga percaya? cek Al-qur'annya deh.

Media sosial awalnya dibuat untuk menghubungkan kita dengan saudara yang nun jauh dari pelupuk mata. Tapi pada kenyataanya, hari ini, media sosial malah menjauhkan yang terlihat di pelupuk mata. Pada akhirnya, tujuannya jadi terbalik dan itu ironis. Media sosial juga sekarang jadi media paling HITSSS buat bikin keributan. Coba deh perhatiin, udah berapa banyak isu-isu yang digoreng sedemikian rupa, hingga membuat jagat media sosial panas luar biasa. Banyak penghuni medsos tersulut dan terjadilah perselisihan. Ahhh.. sangat disayangkan energinya. 

Sebagai blogger, kita harus pintar-pintar mengatur emosi. Ngga semua isu perlu kita tanggapin kan. Ada kalanya kita harus 'cool' pada isu-isu viral. Etapi bukan blogger aja sih yang perlu sabar, semua pengguna media sosial seharusnya bisa menahan diri. Tahan diri untuk ngga berkomentar yang menyulut perdebatan. Rasulullah sampai berpesan 'jauhilah perdebatan, karena perdebatan akan mengeraskan hati'. Baik yang menang atau kalah dalam perdebatan, ngga dapet untung apa-apa. Yang menang bakal besar kepala, yang kalah bakal dendam luar biasa. Ngga ada untungnya. 

Saat ini, saya memilih untuk sunyi di media sosial dan lebih introspeksi diri. Sering nanya sama diri sendiri juga, udah sejauh apa kapasitas saya buat mengomentari sesuatu? Sesekali saya masih menanggapi, tapi berusaha untuk ngga mengompori. Kalau ada isu viral yang beredar, saya sih lebih senang merhatiin aja. Kalau isunya makin panas, saya bakal berusaha cari referensi sendiri. Membacanya dengan seksama dengan kepala dingin dan netral. Setelahnya, saya lebih senang diskusi sama teman yang auranya positif. 

Sunyi kan bukan berarti ngga peduli. Saya tetap memerhatikan, tapi setelahnya ngga berisik komentar ini itu. Cukup tahu aja. Sejujurnya, saya ini orangnya melow banget dan gampang kebawa emosi. Saya tahu kapasitas diri saya sendiri. Makanya, silent is better. Ketika ramai soal film anak, artis lepas jilbab, papa nabrak tiang listrik, sampai bapak tega nyakitin anaknya demi selingkuhannya, saya hanya cukup memperhatikan dan membaca beritanya. 

Terlepas siapa yang benar dan salah, melangitkan doa-doa untuk mereka-mereka yang bermasalah itu lebih baik, daripada berisik di media sosial. Saya masih percaya kalau doa itu mampu menembus langit. Doa yang mampu mengubah yang buruk menjadi baik dan yang sakit jadi sehat. Daripada berisik di media sosial, mending 'berisik' sama doa. Lebih manfaat. 

Ngga ikutan komentar akan isu terkini bukan berarti ngga peduli. Berisik di media sosial apalagi sampai menimbulkan perdebatan, bukan sesuatu yang perlu dibanggakan. Dapat like ratusan, komen ribuan tapi isinya sumpah serapah berhawa negatif, sungguh bukan sebuah achievement. Yang ada kita kebagian dosa, ya dosa berjama'ah. Dosa ghibah, dosa provokator, plus dosa orang-orang yang ikutan nyolot gara-gara status kita. 'urusan dosa mah, urusan pribadi. Ngga usah ngejudge dosa ke orang lain lah cii' iya sih bener juga. Ya udah, tulisan ini biar buat orang yang positif thinking aja. Yang negatif mulu, skip aja yess. Tapi jangan lupa kasih komentar ya, biar saya bisa BW balik #ehh :)

Jadi, kalau ada yang nanya kenapa saya jarang update status di facebook, udah tau ya jawabannya. Tapi saya masih sesekali komen di status temen dan kasih like sih. Sesekali aja. Inti tulisan ini, saya hanya berbagi untuk ngga terlalu ikut arus, terlebih lagi kalo arusnya bisa menjerumuskan kita ke hal-hal yang ngga ada manfaatnya. Manfaatkan media sosial untuk berbagi hal-hal yang bermanfaat aja. Jangan menyulut atau ngajakin orang ributt. Karena semuaa, ya semuaaa yang kita lakukan bakal dimintai pertanggungjawaban. Kalau kita udah ingat itu, Insya Allah kita bakal selamat. Ngga cuma di dunia, tapi selamat di tempat dimana-tangan-kaki-dan-semua-anggota-tubuh- bakal bersaksi.

Ber-media sosial dengan sehat, sungguh akan membuat kita selamat. 'Berisik' yang sehat atau diam. Itu lebih baik yes :) 


3 komentar:

  1. Toslah mbk. Aku milih sunyi aja sm urusn politik terutama. Nggak mau nimbrung atau komen2. Tp bukan brarti juga gk 'ngeh' lah yah mbk. Karena e karena, mbahas politik Malah bikin lelah. Mending fokus ngelakuin sesuatu yg lebih bermnafaat aja dah.
    Makasih sharingnya ya mbk.
    Renungan tepat di hari jumat (aku baca ini pas hari jumat) 😊

    BalasHapus
  2. Iyes bw balikknya ke si nyamuk ya #ehhh 😁😁😁. Btw mbak akupun sama, dari pertama punya FB ga suka nyetatus atau post foto kegiatan keluara. Biar orang lain ga bisa nebak dan mau tahu kehidupanku secara pribadi. Bahkan kepikiran ngeblog karena selain suka nulis diary juga karena pengen nyimpen foto anak2 dan cerita liburan dll. Jadi utk medsos akupun lebih nyaman sebagai pengamat. Dan memposting hal2 positif tanpa menceritakan org lain. Karena diri kita sendiri belum tentu baik kan. So, ga harus jadi follower juga dong. Semangat kakak 😂😂

    BalasHapus
  3. Suka geleng2 kepala aja liat yg suka debat di medsos, saya mikirnya kok sempet ya heuheu...

    BalasHapus

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.