Rabu, 29 Agustus 2018

Shafira Dan Inspirasi Hidup


Sebelum masuk ke dunia blogging dan akhirnya memutuskan buat jadi blogger, saya lebih fokus menulis fiksi dan non fiksi. Buat saya, menulis itu kaya udah mendarah daging. Apa yang ngga bisa saya ungkapkan secara verbal, saya bisa tuangkan dalam sebuah tulisan. Kadang, kalau emang ide nulisnya lagi bagus-bagusnya, saya bisa nulis berhalaman-halaman.



Waktu masih SMP, saya malah rajin nulis cerpen. Walau yang baca cuma temen-temen sekelas aja, itu udah bikin saya bahagia. Iya, waktu SMP saya ngga punya cukup keberanian plus uang juga buat kirim cerpen saya ke media. Jaman saya SMP juga kan komputer masih jadi barang mewah dan langka. Ada sih komputer di sekolah, tapi ngga mungkin saya pakai buat nulis cerpen karena keterbatasan perangkatnya.  

Selasa, 28 Agustus 2018

Bukan Sekadar Jadi Pengusaha, Tapi Jadilah Sociopreneur


Banyak start up bermunculan sekarang ini jadi bukti kalau minat wirausaha itu jadi makin tinggi. Jadi bukan buibu aja yang hobi jualan, tapi sekarang udah merambah ke anak-anak muda. Lumayan lah ya, jadi lebih banyak kegiatan positif. Daripada ngalay di socmed dan maksa pengen viral. Unfaedah sekali.



Terus, saya tuh suka amaze banget sama anak muda yang udah mikirin masa depan. Bukan masa depan dalam hal menjemput pasangan hidup loh ya, tapi bisnis buat menghidupi masa depan mereka. Masih sekolah udah bisa biayain diri sendiri, bisa beli ini itu dari hasil kerja sendiri, sampai ada yang bisa ngajak orangtuanya traveling segala. Uhh, bangga. 

Sabtu, 25 Agustus 2018

Cerita Saya Tentang Sepatu


Kalau dianalogikan, sepatu yang kita punya itu kaya teman. Dari bayi sampai segede sekarang, mungkin udah ada puluhan sepatu yang kita punya. Terus, model sepatu yang kita punya pun berubah seiring pertambahan usia. Makin gede, makin berubah juga seleranya.

Tentang-Sepatu


Waktu kecil, mamah itu sering dandanin saya jadi cewek banget. Maklum anak perempuan pertama jadi kaya bahagia ada pelampiasan buat didandanin. Pakai dress, dikuncir pakai pita, pakai sepatu cewek, ya pokoknya jadi anak cewek sebenarnya deh.

Terus pas sekarang punya anak perempuan, saya ngga terlalu antusias dandanin dia jadi cewek banget. Bukan didandanin kaya cowok juga sih, tapi ngga terlalu feminin aja. Malah pengennya ya Una bisa punya selera sendiri. Ngga pengen maksa-maksa dia selalu pakai dress atau sepatu ala princess, mentang-mentang cewek.

Rabu, 15 Agustus 2018

Penting Ngga Sih Blogger Belajar SEO?


Penting ngga sih blogger belajar SEO? Jawabannya ya tergantung, sih. It depands on blogger. Ada blogger yang merasa kalau nulis harus SEO friendly, dengan harapan tulisannya bisa masuk page one mesin pencarian. Tapi ada juga yang nulis ya nulis aja, ngga mau ribet sama urusan SEO yang bikin mumet.



SEO (Search Engine Optimization) atau optimasi mesin pencari adalah serangkaian proses yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan volume dan kualitas trafik kunjungan melalui mesin pencari, menuju situs web tertentu dengan meningkatkan mekanisme kerja atau algoritma mesin pencari tersebut. Tujuan SEO adalah menempatkan sebuah situs web pada posisi teratas, atau setidaknya halaman pertama hasil pencarian berdasarkan kata kunci tertentu yang ditargetkan. (Wikipedia

Kalau kamu blogger, kira-kira kalau nulis bakal mikirin SEO atau ngga sih? kalau saya sih ya jujur ngga terpengaruh banget sama urusan SEO. Tapi, bukan berarti saya ngga belajar soal SEO. Karena menurut saya, blogger itu ya harus tahu apa itu SEO. Minimal banget ya tahu salah satu unsur SEO. 

Ketika Generasi Z Punya Bisnis Sendiri


Tahu kan ya sebutan anak yang lahir di era digital kaya sekarang ini? Generasi Z ini memang ngga bakal bisa dipisahkan dari akses digital yang cepat banget. Jadi, percuma kalau kita berusaha mejauhkan anak dari gadget. Karena, dunia mereka ya dunia dimana gadget ada di mana-mana.

Indonesia-Student-Company-Competition

Kita emang ngga bisa menjauhkan mereka dari paparan gadget. Tapi, kita bisa kok mengontrol penggunaannya. Itu sih menurut saya jauh lebih bijak, ketimbang menjauhkan bahkan menghilangkan akses gadget dari anak. 

Senin, 13 Agustus 2018

Pilih - Pilih Sampah, Yuk!


Sebenarnya pengen deh aktif ikutan campaign #ZeroWaste gitu. Dan,  udah lama juga pengan membersihkan rumah dari segala macam sampah plastik.

Terutama kantong kresek yang ya ampun makin lama makin banyak aja. Rasanya kaya tertimbun sama plastik tak guna di rumah.


Itu baru kantong kresek yaa. Belum lagi sampah plastik yang lain kaya botol-botol minuman, kecap, saos, dan banyak lagi. Tapi, keinginan buat beresin semua sampah itu sering terhalang sama rasa malas, huhuhu. 

Apa daya, kalau bebersih rumah itu pengennya dikerjain sendiri, tapi baru 5 menit bersih-bersih langsung bersin-bersin. Akhirnya, kegiatan beberesnya cuma bertahan 5-10 menitan, karena berakhir dengan rebahan. 

Jumat, 03 Agustus 2018

Peduli Kanker Serviks Bersama Felancy


'awalnya saya pikir, keputihan yang saya alami itu satu hal yang wajar. Lama-lama kok jadi ngga nyaman. Puncaknya, bukan lagi keputihan tapi gumpalan darah yang keluar. Dan dunia saya seakan berakhir ketika dokter menyampaikan diagnosa kalau saya mengidap kanker serviks'

Penggalan kalimat itu diucapkan seorang ibu yang mungkin kita ngga akan mengira kalau beliau penyitas kanker serviks. Dari luar, terlihat sehat dan baik-baik aja. Tapi siapa yang mengira kalau ternyata beliau ngga sesehat yang terlihat.



Obrolan mengharu biru ini terjadi ketika Ibu Endang Suryani, Cervical Cancer Survivor dari CISC (Cancer Information & Support Centre) menjadi salah satu narasumber dalam acara Educative Talkshow with Felancy. 

Rabu, 01 Agustus 2018

Karena Hamil Bukan Kompetisi



Karena hamil bukan kompetisi. Abis nengok temen yang baru lahiran anak kedua, ternyata anaknya perempuan lagi. Tanpa berdosa nyeletuk 'wah anak ketiga harus laki-laki nih biar komplit' :( terus si ibu yang masih nyeri nahan jahitan bekas jalan lahir cuma bisa senyum, terpaksa.



Ada ngga yang pernah mengucapkan kata-kata itu pas nengok temen yang baru lahiran? Kalau ada, coba itu direm kata-katanya. Karena itu ngga cuma bikin nyeri hati, tapi bikin kamu terlihat jauh dari kata empati. Apa salahnya ucapin selamat aja tanpa embel-embel 'besok adiknya laki-laki atau perempuan ya' , what a bad word menurut saya. Padahal si bayi baru aja launching, udah diminta punya adik lagi. Belum ilang sakit abis lahiran, si ibu harus terima kata-kata 'punya anak lagi ya' oh Allah.