Rabu, 29 Agustus 2018

Shafira Dan Inspirasi Hidup


Sebelum masuk ke dunia blogging dan akhirnya memutuskan buat jadi blogger, saya lebih fokus menulis fiksi dan non fiksi. Buat saya, menulis itu kaya udah mendarah daging. Apa yang ngga bisa saya ungkapkan secara verbal, saya bisa tuangkan dalam sebuah tulisan. Kadang, kalau emang ide nulisnya lagi bagus-bagusnya, saya bisa nulis berhalaman-halaman.



Waktu masih SMP, saya malah rajin nulis cerpen. Walau yang baca cuma temen-temen sekelas aja, itu udah bikin saya bahagia. Iya, waktu SMP saya ngga punya cukup keberanian plus uang juga buat kirim cerpen saya ke media. Jaman saya SMP juga kan komputer masih jadi barang mewah dan langka. Ada sih komputer di sekolah, tapi ngga mungkin saya pakai buat nulis cerpen karena keterbatasan perangkatnya.  

Sekarang, saya lebih dikenal sebagai seorang blogger. Karena kesukaan saya sama dunia nulis, saya ngerasa blogging ini ya ngga jauh beda. Malah, tulisan yang saya buat bisa langsung publish dan dibaca banyak orang, tanpa harus masuk ke meja editor dan ngantri buat diterbitkan. 

Baik menulis fiksi, non fiksi, dan blog sebisa mungkin saya akan menulisnya dengan hati. Kalau menulis non fiksi saya banyak mengangkat kisah-kisah inspiratif, di blog saya banyak menulis seputar gaya pengasuhan saya sebagai orangtua dan gaya hidup. Bagi saya, apapun yang ditulis harus selalu melibatkan hati. Supaya tulisannya jadi lebih ada 'feel' nya. 

Tentang Inspirasi Hidup


Karena saya senang membaca dan mendengar kisah-kisah inspiratif, jadi ketika diminta untuk menuliskan sebuah kisah inspiratif, saya bisa menuliskannya dengan lancar. 

Bagi saya, kisah hidup seseorang bisa jadi motivasi kita untuk menjadi lebih baik. Tentu ngga semabarang kisah hidup lah ya. Kisah hidup yang saya maksud adalah kisah dari mereka yang berjuang keras dalam hidupnya, hingga mereka bisa mencapai apa yang menjadi tujuan hidup mereka. 

Seperti kisah Nadiah Fathimah, seorang perempuan yang juga Lupus Survivor. Nadiah bukan sembarang perempuan, tapi dia merupakan seorang perempuan yang memutuskan untuk meninggalkan karir gemilangnya, demi hijrah menjadi muslimah yang dekat dengan Allah.

Nadiah Fathimah dan Anaknya, Aisyah

Kalau ngga ada iman yang kuat, rasanya pasti berat deh ninggalin karir yang memberikan kita penghasilan tinggi. Yang dengan gaji itu, kita bisa beli apapun yang kita mau. 

Nadiah awalnya ada seorang LO yang biasa menemani tamu dan selebritis mancanegara. Gemerlap hidup yang dijalani, menjadikan dia cukup dikenal di kalangan artis dan selebritis. Nadiah juga sering menemani selebritis mancanegara itu ke klub malam. Nadiah jadi terbiasa dengan kehidupan malam. 

Hingga akhirnya, ada perasaan yang berkecamuk di dada Nadiah. Tahun 2006, Nadiah memutuskan buat pakai jilbab. Perlahan dia mulai rutin ibadah dan jadi makin dekat dengan Allah.

Nadiah mulai ikut-ikut kajian keislaman demi menjadi muslimah yang lebih baik. Puncaknya, Nadiah memutuskan buat keluar dari pekerjaannya. Berat memang, tapi jalan hijrah yang dia pilih memantapkan hatinya untuk meninggalkan apa yang membuat dia terlalu dekat dengan dunia.

Memutuskan untuk menikah pun jadi salah satu cara Nadiah supaya proses hijrahnya jadi lebih mantap. Nadiah dikenalkan dengan seorang pria oleh temannya, dan ngga perlu waktu lama akhirnya mereka menikah. Iya, mereka menjalani proses ta'aruf yang ngga pernah bertatap muka sebelumnya.

Ujian yang lebih berat datang, tepat di malam pertama pernikahnnya. Nadiah divonis menderita penyakit Lupus, yang akhirnya melumpuhkan kakinya hingga 11 bulan lamanya.

Dalam waktu 11 bulan, Nadiah hanya bisa tiduran karena memang ngga mampu buat jalan. Kondisinya yang saat itu ngga memungkinkan punya anak, membuat Nadiah minta pada suaminya untuk menikah lagi.

Nadiah menyerahkan segala urusan penyakitnya pada Allah. Ikhlas menjalani sakitnya walau sedih. Karena dukungan dari suami juga lah yang bikin Nadiah akhirnya survive. Menjalani pengobataan hingga akhirnya sembuh total.

Buat Nadiah, 11 bulan dalam keadaan lumpuh adalah peringatan atas dosa-dosanya. Selama bekerja, Nadiah sering menggunakan kakinya untuk mendatangi tempat-tempat yang ngga disukai Allah. Betapa cara Allah itu memang ngga terduga ketika memberi peringatan. Tinggal kita siap ngganya menerima setiap peringatnnya.

Kisah Nadiah bisa menjadi pelajaran bagi kita. Sekelam apapun yang kita lakukan, ketika berniat menjadi pribadi yang lebih baik, pasti akan selalu ada jalan. Walau sering kali, jalan hijrah itu penuh rintangan malah terkadang penuh airmata, tapi nikmati saja prosesnya.

Karena, hasil dari prosesnya pasti akan membuat kita jadi lebih baik. Semoga terinspirasi dengan kisah Nadiah, ya.


30 Tahun Perjalanan Shafira 


Acara ngobrol inspiratif bareng Nadiah Fathimah ini diadakan oleh Shafira. Mungkin udah banyak yang tahu yaa kalau Shafira adalah brand fashion yang memang sudah cukup famous di Indonesia.



Tahun ini, jadi tahun ke 30 Shafira meramaikan industri fashion tanah air.

Buat pemerhati fashion, pasti tahu kalau setiap brand punya ciri khasnya masing-masing. Begitu juga dengan Shafira yang punya ciri khas di setiap desainnya.

Shafira lebih mengangkat kearifan lokal di tiap koleksinya. Seperti koleksi yang ditampilkan Shafira di Dubai Fashion Week. Shafira mengangkat kebudayaan minang dalam koleksi Silungkang.

Koleksi Silungkang 

Selain minang, Shafira punya koleksi Ngabaraga yang terinspirasi dari daerah di Bandung yaitu Braga.

Koleksi yang dibuat Shafira semuanya handmade. Dibuat dengan penuh cinta untuk para pecinta fashion Indonesia.

Koleksi Ngabaraga 

Soal harga tiap koleksinya, Shafira sangat sebanding dengan kualitas yang dibuat. Termasuk kualitas kain dan bahan pendukung lainnya. Ada beberapa koleksi yang menggunakan kristal swarosvski asli. Bisa dikira-kira yaa berapa harga tiap koleksinya, jika menggunakan kristal indah dari swarosvski.

Yang pasti, kembali ke soal selera. Setiap koleksi Shafira memang dibuat lebih premium. Soal target pasar pun, Shafira sudah memiliki konsumen yang loyal. Jadi ya walau premium, tetap ada peminatnya.

Di usianya yang kini sudah 30 tahun, Shafira berharap akan tetap menjadi brand fashion di Indonesia yang diperhitungkan. Ngga hanya karena koleksinya yang selalu punya ciri khas, tapi karena kreativitas fashion yang tak terbatas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.