Sabtu, 25 April 2020

Siapa Saja Yang Perlu Melakukan Test Corona?


Akhir tahun 2019, berita soal wabah Corona di Wuhan mungkin bikin kita kaget. Virus baru yang ukurannya bahkan sekecil debu dan ngga terlihat itu, mampu bikin kota Wuhan lumpuh. Kota kecil di China itu mendadak jadi kaya kota hantu, ngga berpenghuni. Jalan-jalan sepi, pusat perbelanjaan, sekolah, hingga kantor-kantor ditutup.



Kita yang di Indonesia, hanya bisa prihatin dengan kondisi di Wuhan. Saya, sesekali lihat beritanya dan ngga tau kenapa tiba-tiba bisa nangis. Apalagi pas lihat berita ada mahasiswa asal Indonesia yang terisolasi, ngga bisa kemana-mana dengan kondisi bahan makanan seadanya. Sedih. Saat itu ngga kebayang kalau pada akhirnya, Coronavirus atau Covid-19 jalan dengan cepat ke Indonesia. 


Sekarang, Indonesia tengah berjiabku lawan Corona. Data terakhir yang saya baca, jumlah orang yang sudah terinveksi sekitar 9.500 sekian. Jumlah yang cukup banyak yang kalau diprosentasekan, Indonesia menjadi negara Asia dengan jumlah penderita tertinggi. Sedih. Tambah sedih saat jumlah tenaga kesehatan yang ikut terinveksi juga ngga sedikit. 

Kita Semua Bisa Kena Covid-19 


Iya, semua dari kita sangat bisa terinveksi. Sangat bisa menjadi pasien corona, jika kita ngga peduli. Angka pasien corona akan terus bertambah, kalau kita abai dengan tindakan pencegahan. 

Di daerah sekitar saya, masih banyak yang ngga terlalu peduli sama aturan social distancing. Masih ada yang kumpul-kumpul, bahkan abang-abang ojek online masih suka kongkow di depan rumah. Makanya, ngga heran kalau akhirnya aturan Pembatasan Social Berskala Besar (PSBB) digalakkan juga di areaa rumah saya. 

Saya sendiri, berusaha patuh dengan aturan. Dengan meminta anak-anak untuk diam di rumah aja dan selalu meminta mereka cuci tangan tiap kali selesai memegang sesuatu. Ya, sebisa mungkin mengurangi interaksi dengan orang lain. So far, anak-anak masih anteng main di rumah. Aktivitas mereka ya main setelah tugas-tugas sekolah diselesaikan. Ada 4 orang anak di rumah dan itu ngga bikin saya kesepian. 

Makanya, saya benci banget sama orang-orang yang abai dengan wabah ini. Menganggap dirinya bisa bebas dari virus hingga berani kumpul-kumpul kaya ngga ada apa-apa. Kesel. Apa kabar kami yang berjuang mengisolasi diri biar si Covid-19 ngga makin merjalela? Gara-gara orang-orang egois itu lah, jumlah orang yang terinveksi makin banyak. Kurva makin tajam dan yang meninggal pun makin banyak. 


So please. Jika ingin wabah ini berangsur hilang, patuhi apa yang dibilang sama para tenaga kesehatan. Mereka yang jadi garda terdepan dalam melawan Covid-19 ini, jadi mereka lah yang tahu gimana caranya agar kita bisa terhindar dari paparan virus mematikan itu. 

Siapa Yang Perlu Melakukan Test Corona ?


Banyak yang abai, tapi ngga sedikit juga yang concern dalam mengantisipasi. Ada yang inisiatif melakukan test corona dengan mendatangi rumah sakit. Sekarang makin mudah, karena tes deteksi covid19 bisa dilakukan di beberapa titik. Kabarnya, di stasiun bogor sempat diadakan rapid tes. Masyarakat sekitar bogor sangat terbantu dengan hadirnya tes massal itu. Ngga perlu ke rumah sakit yang mungkin kita tahu biayanya juga lumayan. 

Sebenarnya, siapa saja yang perlu melakukan tes corona? Apa semua orang perlu melakukan tes? Dari beberapa sumber yang saya baca, yang perlu melakukan cek atau tes corona di rumah sakit, diantaranya:
  • Orang yang pernah kontak dengan pasien positif Covid-19. Biasanya para tenaga kesahatan yang rentan terinveksi. Atau, mereka yang awalnya ngga tau kalau orang yang didekati itu ternyata positif Covid-19. 
  • Pernah berkunjung ke negara atau daerah endemis Covid-19 dalam 14 hari terakhir.
  • Sedang atau pernah mengalami demam diatas 38 decel, pilek, batuk, dan sesak napas.
Itulah orang-orang yang perlu melakukan test Covid-19 atau Corona. Mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Namun, jika ketiga point di atas ngga terjadi, Insya Allah (berdoa) kita sehat-sehat aja. Tapi, waspada harus ya. Karena, si virus ini menyebarnya kaya kilat, cepat banget. That's way, kasusnya jadi melonjak. Bahkan ada seorang ibu yang 2 minggu hanya di rumah aja, tetap tertular lewat paket yang ia terima :( Karena, carrier si Covid-19 ngga cuma dari kontak dengan orang yang positif Corona, tapi virusnya bisa nempel di benda. 

Cek Risiko Tertular Virus Corona 


Buat yang penasaran, apakah dirinya ada risiko tertular virus Corona atau ngga, kita bisa pakai skrining online yang bisa diakses online. Kan kita dilarang datang ke rumah sakit kalau bukan urgent banget. Jadi kita bisa meminimalisir terpapar virus. 

Atau, kalau pengen konsultasi langsung dengan dokter soal kemungkinan tertular virus Corona, tapi ngeri ke rumah sakit, bisa coba dilakukan secara online. Kan ngga mesti tatap muka sama dokter juga. Kemarin sempat dapat info kalau ada aplikasi Halodoc yang bisa kita gunakan buat konsultasi. Kalau kita curiga dengan anggota keluarga atau mungkin tetangga dan sulit membedakan gejala Covid-19, bisa ditanyain ke dokter lewat aplikasi Halodoc. Ada fitur chat dan video call juga, yang bisa digunakan supaya keliatan dokternya, tanpa harus keluar rumah. 



Siapapun bisa jadi pasien positif Covid-19, tapi semua juga bisa punya kesempatan ngga terpapar asal patuh. Para tenaga kesehatan kita berjuang mati-matian, buat bantu kesembuhan para pasien Covid-19 yang banyak banget. Mereka rela pisah sementara sama keluarga mereka. Berminggu-minggu, nahan kangen pengen peluk anak, istri, suami, ayah, ibu. Makanya, kita yang patuh yaa. Jangan bandel. Ngga perlu keluar rumah kalau bukan sesuatu yang urgent. 

Semoga Covid-19 atau Coronavirus ini bisa hilang dari seluruh dunia. Bukan cuma Indonesia ya, tapi seluruh dunia. Biar bumi pulih dan semua bisa berjalan dengan normal lagi. Sekarang ini, anggap aja bumi lagi butuh istirahat. Layaknya manusia yang butuh istirahat, setelah kerja keras. 






1 komentar:

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.