Jumat, 01 April 2022

Puasa Pertama Anak Ketiga

 

Padahal anaknya empat, tapi yang dijadiin konten blog seringnya si anak ketiga. Ya sebenarnya, semua anak itu spesial, cuma karena si anak ketiga menjadi satu-satunya anak perempuan, jadi senang aja. Walau kenyaataannya malah sering ribut sama emaknya :p

Kalau kamu mengikuti saya di instagram, mungkin sudah tahu penampakan anak perempuan saya satu-satunya itu. Dia biasa dipanggil Una. Kalau kakak dan adiknya, manggil dia dengan sebutan 'cici'. Awalnya banyak yang protes, kok dipanggilnya cici sih bukan teteh atau kakak. Jawabannya saya sih simple 'biar beda aja'. Karena anak kedua sudah dipanggil dengan sebutan 'kakak', jadi ya harus beda biar spesial. 


Puasa Pertama

Menjadi anak perempuan satu-satunya di rumah, ngga bikin Una sepi. Soalnya kakak sama adiknya itu laki-laki semua. Kebayang kan, anak laki itu gimana. Terkadang malah Una yang kebawa sama kakak dan adiknya. Kalau sudah keliatan kaya 'laki-laki' suka saya ingatkan aja dan dia akan kembali sadar kalau dirinya adalah perempuan :p 

Kalau yang saya rasain, tumbuh kembang Una beda dari abang dan kakaknya. Una sudah numbuh gigi sejak usia 4 bulan, sudah bisa jalan di usia 10 bulan, dan sudah lancar bicara di usia 1 tahun. Apa karena dia anak perempuan, yang katanya tumbuh kembangnya memang beda dari anak laki-laki, entahlah. Yang jelas, tumbuh kembang antara dia dan kakaknya memang beda. 

Puasa Pertama Karena Kakak

Termasuk untuk urusan ibadah, seperti puasa di bulan Ramadhan. Una mulai belajar puasa di usia 2.5 tahun. Dia minta ikut puasa karena melihat kakaknya puasa. Dia itu peniru banget, apa yang dilakukan kakak, dia mau juga. Sebenarnya hal kaya gini juga terjadi di anak-anak lain yang punya kakak. Biasanya adik itu selalu ngiri dengan apa yang dilakukan kakak. Jadi, ngga mau kalah. Harus bisa juga. 


Puasa pertama Una karena ngikut kakak. Dia hanya saya kesempatan puasa sampai jam 10 pagi karena khawatir lapar dan haus, karena saya merasa dia masih kecil banget. Dia ikut sahur dan saya minta untuk tidur lagi setelah sahur. 

Pas bangun pagi, seperti biasa dia minta susu :p kayanya dia khilaf kalau lagi puasa. Akhirnya saya bilang 'adek kan lagi puasa, mau dibatalin aja puasanya?' dia cuma senyum dan akhirnya mau lanjut puasa sampai jam 10 pagi, yang sebenarnya hanya tinggal 1 jam lagi. Setelah buka puasa di jam 10 pagi, dia ngga saya minta buat lanjut puasa. Tapi saya minta dia untuk ngga makan dan minum di depan kakak-kakaknya. 

Alhamdulillah, dia ngerti. Kalau mau makan dan minum dia selalu masuk ke kamar. Yang saya ingat, ketika belajar puasa, dia ngga crancky. Dia melakukannya dengan sukacita, melakukan karena memang ingin. Penasaran dengan apa yang dilakukan kakak. Mau melakukan, karena kakak melakukan. Itu yang jadi motivasi dia mau puasa walau usianya belum wajib buat puasa. 

Begitulah anak-anak. Dia peniru yang ulung. Kalau dia suka dengan apa yang dia lakukan, walau dari hasil meniru, dia akan melakukan dengan senang. Makanya, saya selalu mengajarkan pada anak-anak, untuk melakukan hal yang baik-baik. Terutama ketika mencontohkan sesuatu ke anak yang lebih kecil. Karena, apa yang dilakukan, akan ditiru. 

Mereka belum paham baik dan buruk, maka kewajiban kita sebagai orangtua untuk mengajarkannya. Jadi, orangtua itu kaya cermin buat anak. Mereka ngga pernah gagal dalam meniru kita. Kadang kitanya suka ngga sadar dan lupa. Saat anak melakukan hal yang buruk, misal tiba-tiba mambanting pintu ketika marah, mungkin itulah yang kita lakukan saat marah. 

Begitu juga dengan mengenalkan ibadah ke anak. Orangtua dulu yang harus melakukan. Jangan berharap mereka rajin baca Qur'an kalau orangtuanya sendiri jarang baca Qur'an. Jangan berharap anak mau puasa, kalau orangtuanya saja ngga puasa. 

Yaa, begitulah anak-anak. Mereka akan selalu dinobatkan sebagai Peniru Ulung. Jadi, berikan hal baik yang akan ditiru oleh mereka. 


----------------------

#BPNRamadan2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.