Rabu, 17 Agustus 2022

Moms War, Antara Eksistensi dan Gengsi

 

Mom War


Baru-baru ini, sempat rame soal perdebatan pasal bekal anak. Saya sendiri ngga tau sumber awal perdebatan itu darimana. Tapi, karena beberapa teman ada yang bikin status soal itu, jadi ikutan baca dan nyimak komentar-komentar juga. 

Sampai sekarang, ngga habis pikir soal perbedaan pendapat yang menurut saya sepele, tapi kok malah rame. Kadang suka ngga masuk aja gitu ke otak. Coba deh, sebutin war-war yang pernah ada di dunia per-ibu-an! Banyak. Jangankan war soal anak sekolah di sekolah negeri dengan anak sekolah di SDIT, pasal milih garam aja bisa jadi debat. Buat apa sih?

Banyak waktu yang terbuang percuma karena urusan war ini. Ngga cuma waktu yang terbuang, tapi energi yang jadinya menyulut emosi. Kenapa sih, ngga hidup berdampingan dan saling support aja satu sama lain? Saya ngga mengeneralisasi ya. Karena, masih ada circle ibu yang punya positive vibes. 

Soal war yang terjadi di jagat media, kejadiannya memang cukup sering. Antara ibu saling serang, merasa pendapatnya paling benar dan valid. Jadi, saat ada oposisi yang bertolak belakang, ya akhirnya dijadikan lawan. Saat saling serang makin panas, berujung pada umpatan dan makian. Ya Rabb. 

Memang, kenapa sih kalau beda? Lahiran sesar dengan lahiran normal itu sama-sama sakit loh, bund. Tujuannya sama, menghadirkan manusia baru ke muka bumi. Kenapa fokusnya tidak beralih dengan rasa bahagia karena bayi yang dilahirkan sehat. Lahiran sesar dan normal itu tetap menjadikan kita seorang 'IBU'. Tetap membuat kita punya tanggungjawab baru. Kenapa saling serang ngga diubah jadi saling dukung?

Ibu bekerja dengan ibu rumah tangga itu sama-sama capek loh, bund. Ibu rumah tangga dengan pekerjaan yang ngga udah-udah. Mulai dari bangun tidur, sampai mau tidur lagi. Selalu ada aja yang dikerjain. Saat badannya mulai lelah, mau istirahat sekejap eh anak ngajak main. Yaudah, ngga jadi istirahat.

Ibu bekerja, sama capeknya. Terlebih kalau mereka ngga punya assisten rumah tangga. Sebelum subuh sudah harus bangun untuk masak buat anak dan suami. Beberes rumah sebelum berangkat kerja, menyiapkan kebutuhan anak dan suami. Setelah memastikan semuanya aman, baru bisa berangkat kerja. Pulang kerja, disambut kembali dengan kerjaan rumah. 

Ibu bekerja dan ibu rumah tangga sama-sama lelahnya. Ngga perlu merasa paling capek dan paling menderita. Keduanya punya kedudukan yang sama. Selagi menjalani peran dengan baik dan bertanggungjawab, keduanya istimewa. 

Kalau ada seorang ibu yang memancing war, apakah sebenarnya dia hanya sedang mencari perhatian? Apakah ibu ini memang butuh perhatian untuk sekadar eksistensi? atau, gengsi? Ibu bekerja menganggap dirinya jauh lebih keren dari ibu-yang-hanya-di-rumah saja. Pun sebaliknya, ibu rumah tangga, menganggap paling memiliki banyak pahala dan mulia, karena tetap di rumah membersamai anak. 

Islam tidak melarang seorang perempuan, ibu, istri untuk bekerja. Selagi dapat ridho dari suami, silakan saja. Apalagi jika alasan bekerja karena memang kebutuhan, ya tidak apa-apa. Untuk yang memilih 'berkarir dari rumah' atau tetap di rumah saja, pun baik-baik saja. 

Perdebatan sejatinya hanya membuat hati menjadi keras. Rasulullah bahkan melarang kita untuk berdebat. Karena, kedua belah pihak ngga punya keuntungan sama sekali. Malah jadinya akan muncul permusuhan. Ngga ada yang baik sama sekali dari sebuah perdebatan. Saat kita ada di kondisi yang menjurus perdebatan, lebih baik menghindar saja. Itu jauh lebih baik. 

'Siapa yang meninggalkan perdebatan, sementara dia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan, barang siapa yang meninggalkan perdebatan, padahal dia berda di atas kebenarna, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga'  

[HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Anas bin Malik]

Berdebat di jagat maya itu buang waktu banget loh, bund. Puluhan menit dipakai debat, bales-balesan komen di akun gosip, apa sih yang didapat? kepuasan apa yang dirasakan? hatinya tuh gimana sih jadinya? nyenyak ngga sih tidurnya? Kadang mau heran, tapi ya begitu tipikal netizen kita. 

Yang masih gress, fresh from social media, debat perkara bekal anak. See, perkara bikin makan buat anak sekolah aja dijadikan perselisihan loh. Ngga habis thinking, sih. 

Mereka yang berusaha membuat makanan buat anak dengan sangat well-prepared, ya kenapa memang? Yang menyiapkan bekalnya biasa aja, tanpa dicakep-cakepin kaya bento-bento gitu, ya memang kenapa? Apa yang salah sih? Keduanya sama-sama hanya ingin memberikan 'energi' buat anak atau pasangannya, supaya bisa beraktivitas. 

Terus, perkara kotak bekal pun bisa membuat insecure. Yang kotak bekalnya cuma dari wadah bekas dimsum frozen, merasa ngga keren. Merasa kalah dengan kotak bekal yang mereknya singa bintang, tup tup, ole ole. Ya kan, yang dimakan isinya, bukan tempatnya bund. Hal-hal sepele kaya gini yang jadi penghambat produktivitas. Golongan ibu yang santuy dan slayy, miris melihat perdebatan ngga guna ini. 

Bund, serius deh, yuk kurang-kurangin berdebat. Apalagi debatnya di social media, dunia tipu-tipu. Dunia yang sering berbalik dari apa yang nampak. Dunia yang seringnya ngga jujur. Kalau lihat seorang ibu yang nampak sempurna tanpa cela, jangan langsung percaya bun. Karena boleh jadi, strugglenya lebih berat dari kita. 

Ngga perlu mencari eksistensi dengan masuk ke dalam perdebatan. Ngga perlu juga gengsi dengan apa yang melekat pada diri kita. Semua ibu itu keren. Dengan segala halang rintangnya, kita semua hebat tanpa tapi. Berbahagia bersama akan jauh lebih baik daripada berdebat bersama. Ya, kan?


6 komentar:

  1. Setujuuuuu banget mba 👍❤️❤️. Aku juga suka heran dengan para ibu yg doyan amat berdebat ini.masalah sepele pula, yg sebenernya ga perlu didebatin, apalagi menyangkut selera masing2. Kadang aku pikir, ini para ibu yg doyan Amat war, ada masalah apa sih di rumah?? Kayaknya cari pelampiasan banget buat ngeluarin marah2 ke sesama ibu. Atau kalo kebanyakan waktu nganggur, mbok ya cari kerjaan aja, ga usah malah bikin war war -an 😅. Kalo udah Nemu yg begini di circle ku mba, biasanya aku mute postingannya. Atau block sekalian kalo kelewat parah .vibe nya udah ga enak kalo ada yg begitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba, aku juga memilih buat mute dan ngga mau baca-baca lagi. Daripada malah jadi toxic ya. Semoga kita dijauhkan dari segala bentuk perdebatan ya mba.

      Hapus
  2. TFS moom..aku tuh malah ga lihat utas debat bekal anak itu. Cuma tau keramean itu dr status temen. Lhaaaa....gitu aja rame yaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. heran yaa, kaya gituan aja pake war-war segala. Makanya suka bingung aku juga. Gampang banget sih berdebat gitu loh.

      Hapus
  3. Kadang aku malah terpikir, yaaaa ... bisa jadi, alasan dari berdebat tadi adalah eksistensi, pengakuan atas diri. Ada sesuatu dorongan ingin dilihat, diakui keberadaannya. Mungkin begitu awal mula dari terciptanya war war di media, makanyaada aja pihak pihak yang senang berseteru begini. Bisa jadi nggak sih, Mba?

    Trus kan pamer kotak bekal sometimes bisa jadi ajang beriklan.

    BalasHapus
  4. Heran aja mba kalau ada yg kayak gitu, mereka kayaknya punya energi lebih buat nambahin masalah dalam hidupnya 😁 sosmed pribadi memang bebas buat nulis apa aja, tapi ya banyak yg bablas

    BalasHapus

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.