Jumat, 11 September 2015

Mengenal Sistem Transportasi Di Singapura


Bicara soal transportasi di Indonesia, mungkin saat ini sudah makin berkembang ya. Terbukti dengan makin baiknya commuter line, Transjakarta dan proyek MRT yang masih on progress.  Tapi, jika dibandingkan dengan Negara lain, ya.. sepertinya Indonesia harus tetap mengejar. Sekarang, kita bandingkan saja dengan Negara terdekat Indonesia yaitu Singapura. 

Sistem transportasi di Singapura jelas berbeda dengan Indonesia. Ini yang saya perhatikan ketika saya berkunjung ke Negara itu beberapa hari yang lalu.


Disana tidak ada angkot seperti di Indonesia. Angkutan umumnya hanya bus, MRT (Mass Rapid Transportation) dan LRT (Long Rapid Transportation). Ada taksi juga, cuma ya.. pasti mahal. Di sana saya hampir tidak melihat macet. Yes..  bakhan tidak pernah macet. Ko bisa? iya, karena hampir semua wargnya lebih memilih naik angkutan umum seperti MRT. Saya yakin mereka pun punya kendaraan pribadi, tapi mereka lebih memilih menggunakan angkutan umum ketimbang naik kendaraan pribadi. Ya.. istilahnya, mereka tidak sombong memerkan kendaraan mereka di jalanan. Daripada berjejal di jalanan, lebih baik naik kendaraan umum saja. 

Stasiun MRT lah yang paling padat tiap paginya. Walau padat, mereka tetap teratur. Tidak ada saling dorong, berebut dan desak-desakan demi naik MRT. Semuanya teratur. Ah... saya iri melihat sikap mereka. 

Bus juga jadi alat trasnportasi yang cukup banyak penggemar. Ketika saya di Singapura, saya memang lebih senang naik bus. Karena, bisa melihat-lihat gedung-gedung di Singapura dan pemandangan lain yang menarik. Bus di sini juga sangat teratur dan tepat waktu. Di tiap shuttle, terdapat jadwal dan rute bus. Sebagai turis, kita tidak perlu khawatir tersesat. Kita hanya butuh belajar membaca peta saja. Tapi, jika di Singapura kita tidak perlu khawatir tersesat karena sekalipun kita hilang arah, kita pasti bisa menemukan tujuan kita walau agak lama. Karena, Singapura itu wilayahnya sangat kecil. 

Pengalaman saya saat menuju shuttle bus Bugis dari shuttle bus Lavender, ternyata bus yang saya tumpangi melewati jalan menuju Masjid Sultan. Padahal ketika ke Masjid Sultan saya harus berjalan kaki dari Bugis Street sekitar 500 meter. Kalau tahu begitu, lebih baik saya langsung berjalan kaki saja dari shuttle bus lavender yang menjadi shuttle bus terdekat dengan hostel tempat saya menginap. 


Untuk menaiki angkutan umum di Singapura, mereka menggunakan kartu transportasi. Untuk warga Singpaura sendiri, mereka menggunakan Ez Link. Kartu transportasi yang bisa digunakan untuk naik semua jenis transportasi baik itu Bus, MRT ataupun LRT. Kartu ini bisa di Top Up, sama seperti kartu Transjakarta atau Commuter Line di Indonesia. Jarang sekali saya melihat warga Singapura yang menggunakan uang cash. 


Tapi, untuk turis biasanya yang digunakan adalah Singapore Tourist Pass (STP). Fungsinya sama dengan Ez Link, namun STP hanya untuk turis dan memiliki limit waktu penggunaan. Ada yang untuk 1 hari, 2 hari dan 3 hari. Harganya 20 SGD untuk 1 hari, 26 SGD untuk 2 hari dan 30 SGD untuk 3 hari. Tinggal dipilih sesuai dengan kebutuhan saja. Harga tersebut sudah termasuk deposit 10 SGD yang akan dikembalikan ketika kita mengembalikan kartu STP. Sangat murah, kan. Kita bisa berkeliling Singapura dengan STP sepuasnya. 

Ketika traveling ke Singapura, saya benar-benar memanfaatkan semua angkutan umum. Berkeliling Singapura, melihat kebiasaan warga Singapura yang lebih tertarik dengan angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi. Melihat jalanan Singapura yang tidak pernah macet dan semuanya tertatur, karena warganya sangat patuh pada rambu-rambu lalu lintas. Mobil akan berhenti dari kejauhan ketika ada pejalan kaki hendak menyebrang. Dan warganya pun tidak akan menyebrang sembarangan jika lampu untuk menyebrang belum menyala. Mereka akan sabar menunggu bahkan ketika tidak ada mobil yang melintas, sebelum lampu menyebrang menyala, mereka tidak akan menyebrang.


Dari perjalanan saya kemarin, saya banyak belajar. Belajar memberikan hak orang lain, belajar untuk sabar menunggu, sabar untuk antri, dan sabar untuk patuh pada aturan di sana. 

Saya tetap berharap, Indonesia bisa lebih maju. Tapi, untuk maju, harus dimulai dari warganya terlebih dulu. Saya sih bermimpi kalau warga Indonesia bisa memanfaatkan angkutan umum yang ada. Sehingga, kemacetan di Indonesia khususnya kota-kota besar bisa diminimalisir. Saya tahu untuk membuat warga yang memiliki kendaraan pribadi mau menggunakan angkutan umum, perlu pembenahan sistem transportasi. Jika transportasi umum di Indonesia sudah senyaman seperti di Negara tetangga, saya yakin warga pun dengan senang hati mau menggunakan transportasi umum. 

Semuanya bisa terwujud jika ada kerjasama yang baik antara pemerintah dan warga. Semoga. 



23 komentar:

  1. Enaknya lagi, selain kendaraan umum.. Kita bisa jalan kaki juga kalau mau, kalau sore adem :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah..sebenarnya, jalan kaki itu wajib juga. Mau kemana pun pasti ada jalan kakinya. Jadi, sebelum kesana, latihan joging dulu biar ngga shock ^__^

      Hapus
  2. Semoga suatu saat Indonesia lrbih baikndari singapore ... Secara mereka banyak belajar dari kita.. Lah sekarang kita sedikit tertinggal di belakang...harus segera disusul

    BalasHapus
  3. Asyik nih mbak jalan2 ke singapore ^^ ajak2 kita dong :D
    Finally paspornya sudah bisa terpakai ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayoo mbak Nu, kita traveling bareng. Alhamdulillah, akhirnya paspor aku ada capnya ^___^

      Hapus
  4. Iyah, nyaman banget di sana. Cuma agak mahal ajah, ya... :) ira

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, biaya hidup disana termasuk yang paling mahal. Kalau tiket kesananya mah banyak yang promo, tapi biaya hidupnya tinggi.

      Hapus
  5. Balasan
    1. Alhamdulillah... Mbak juga bakal kesana kan, enak lagi sama anak-anak juga.

      Hapus
  6. Ah, jadi pengin main ke sana lagi. Ingat waktu lari terbirit-birit saat mengejar MRT. Hihi ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah... ada insiden lari-lari ya ka, seruu tuh ^__^

      Hapus
  7. kata mbak saya yang pernah traveling ke singapura, katanya kalau ada pejalan kaki yang jalannya lambat (tipikal pejalan kaki indonesia) bisa-bisa ditabrak sama pejalan kaki yang lain ya? karena di sana terbiasa berjalan kaki daripada naik kendaraan (misal motor). benarkah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuup... bener banget, orang-orang disana itu jalannya hampir mirip kaya lari. Cepet banget. Kalo kita lelet emang bisa ditabrak. Mau ngga mau, kita ikutan cepet juga jalannya.

      Hapus
  8. Amin mdh2an Indonesia kedepannya lebih baik.

    BalasHapus
  9. Amin mdh2an Indonesia kedepannya lebih baik.

    BalasHapus
  10. wah seru bgt mbak.. liat fotonya, singapura bersih dan rapi ya.. keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... di sana bersih dan rapih. Ngiri deh kalau liat suasana di Singapura, semoga Indonesia bisa lebih baik.

      Hapus
  11. Balasan
    1. Insya Allah, kalau antara pemerintah dan warga bisa kerjasama, Indonesia bisa seperti mereka. Tetap positif dan yakin aja.

      Hapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  13. Saya juga yakin ke depannya Indonesia pasti bisa lebih baik lagi :D

    BalasHapus

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.