Selasa, 20 Oktober 2015

Belajar Sabar Dan Berhenti Mengeluh Dari Tri Handayani



"Kenapa masalahku berat banget. Ngga sanggup, ya Allah"
"Ya Allah, anak-anakku susah banget diatur, nyerah deh"
"Kenapa nasib saya begini, kenapa... ya Allah, ngga kuat"

[Belajar Sabar] Pernah mengeluh?  Merasa paling sengsara. Merasa paling berat masalah yang sedang dihadapi. Merasa paling merana di dunia. Merasa tidak sanggup dengan ujian yang sedang diberikan. Atau mengeluh tentang banyak hal. Pernah? Pasti pernah. Begitupun dengan saya. 

Tidak salah memang jika begitu,  karena kita adalah memang mahluk yang paling banyak mengeluh. Sesuai dengan apa yang dikatakan Allah pada Q.S Al-Ma'arij (70) ayat 19-21

"sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila ditimpa kesusahan, dia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan (harta), dia jadi kikir."

Sunnatullah. Namun, kita bisa belajar untuk tidak mudah mengeluh. Dan, perlu kesabaran yang luas untuk mengurangi sifat mengeluh kita. Saya banyak belajar dari sosok inspiratif yang baru saja saya temui. Belajar banyak soal sabar menerima takdir, belajar untuk tidak mudah mengeluh dan banyak lagi. Dan saya yakin, kita akan banyak belajar dari sosok ini. Dan akhirnya, kita akan malu jika sedikit-sedikit mengeluh atau meratapi nasib. Karena, sepertinya masalah yang kita hadapi hanya seujung kuku dari masalah yang sosok itu hadapi. 

Tri Handayani, Ketika Seorang Atlet Tumbang

Iya, namanya Tri Handayani. Saya memanggilnya dengan sebutan Ustadzah Tri. Lahir pada tanggal 14 April 1971. Saat bertemu, kita tidak akan pernah menyangka bahwa beliau itu sangat istimewa. Dengan wajah cerah, ia menyapa saya. Wajahnya tampak sangat berseri dan seperti tidak ada beban. Namun, teman-teman pasti tidak akan pernah menyangka dengan kenyataan yang akan saya urai disini. 

Ustadzah Tri kecil tumbuh sebagai anak yang sangat aktif. Diantara saudaranya, beliaulah yang memiliki fisik paling kuat. Menjadi atlet karate sabuk hitam dan berhasil menyumbang medali emas dan perak untuk kota dan kabupaten Bekasi. Hobinya olahraga. Selain karate, beliau juga sering menjadi juara di berbagai cabang olahraga sepert; renang, voli, skateboard, dan sepatu roda. Cita-citanya adalah menjadi Polisi Wanita dan berambisi untuk menangkap bandar-bandar narkoba dan penjahat. Ya.. siapa sangka takdir malah membawanya menjadi seorang Ustdzah yang kerap keliling kampung untuk berceramah. 

Bukan tanpa sebab beliau menjadi seorang Ustadzah. Takdir Allah yang memang membawanya. Dan semua berawal dari kondisinya yang tiba-tiba ambruk. Atlet itu roboh. Beliau divonis Kanker Otak ketika beliau sedang menikmati hari-harinya sebagai wanita super aktif. 

Bukan.. Bukan cuma itu. Saya akan jabarkan lagi kenapa beliau disebut oleh seorang profesor dari Singapura sebagai "Wanita Ajaib Dari Indonesia" dalam majalah kesehatan terbitan Singapura. 

Ustadzah Tri Handayani menderita kanker otak, kanker rahim, dan kanker usus. Sudah menjalani 7 kali operasi,  16 kali kemoterapi, 8 kali kemoterapi di kepala, 38 kali disinar radiasi, 120 kali fisioterapi dan per 3 bulan sekali harus suntik imun. Telinga kirinya sudah tuli, sebelah matanya sudah tidak melihat, giginya sudah habis, dan rambutnya pun sudah tidak ada. Semuanya efek dari panasnya kemoterapi yang beliau jalani. 

Masih ada lagi fakta yang mengejutkan. Dokter berani menjamin bahwa Ustadzah Tri tidak akan pernah bisa memiliki anak. Secara akal mungkin dokter itu benar. Bagaimana mungkin seorang yang sebelah rahimnya sudah diangkat dan satu rahim lagi sudah disteril bisa hamil apalagi memiliki anak. Mustahil, menurut dokter itu. 

Namun, siapa yang bisa melawan jika Allah sudah berkehendak. Ustadzah Tri bisa hamil dan kini 2 putranya tumbuh sehat. Saya ingat betul ketika Ustadzah Tri berkata bahwa beliau ditantang oleh Dokter "jika kamu berhasil hamil, saya akan berikan sedan saya untuk kamu". Berkat izin Allah, beliau pun hamil, seketika dokter itu terheran luar biasa. Dan, ia memenuhi janjinya memberikan sedannya untuk Ustadzah Tri. Tapi, beliau tidak tertarik sama sekali. Dan, beliau tinggalkan dokter itu dalam keadaan terheran-heran. 

Saat saya temui, Ustadzah Tri banyak sekali memberikan pesan. Dan semua yang dikatakan telak membuat saya tidak bisa menahan airmata. 

"Jika diuji dengan masalah, pakailah sudut pandang yang berbeda. Anggaplah masalah yang sedang dihadapi sebagai tanda cinta Allah pada kita. Jangan fokus pada masalahnya, tapi fokuslah mencari solusi dari masalah itu"

"Awalnya, saya meratapi apa yang terjadi pada diri saya. Namun, akhirnya saya sadar bahwa saya salah. Allah sayang sekali pada saya. Ia memberikan semua ini karena ingin mengangkat derajat saya. Saya ikhas dan saya terima semuanya. Jadi, jika hanya sakit perut saja... jangan manja. Kuatlah. Istighfar saja dan Allah akan menggugurkan dosa-dosa kita"

--Tri Handayani--

Unforgetable Meeting


Dengan kondisinya yang terbatas, beliau tidak pernah berhenti beraktifitas. Mengisi majelis-majelis ta'alim ke berbagai daerah. Walau harus naik angkutan umum, beliau tidak pernah sekalipun mengeluh. Muntah darah, tiba-tiba tidak bisa jalan, dan pingsan seringkali beliau alami saat tengah asyik memberikan ceramah. Dan, tidak ada satu keluhan pun keluar dari mulutnya. Yang ada hanya istighfar dan bersyukur. Kini ia sedang menempuh pendidikan S3 dengan beasiswa sebagai mahasiswa terbaik dengan nilai kumlaud. Awal tahun depan, beliau akan berangkat ke Kairo dalam program pertukaran pelajar. 

Darinya saya banyak belajar untuk sabar dan tidak banyak mengeluh. Ustadzah Tri Handayani banyak mengajarkan pada saya bahwa hidup tidak boleh dilewati hanya dengan mengeluh dan mengeluh. Carilah sisi lain dari tiap masalah agar kita bisa memandang sebuah masalah sebagai introspeksi diri. Masalah bisa menjadi bukan masalah ketika kita mampu memandangnya dari sudut yang berbeda. Anggaplah tiap kali masalah hadir sebagai sarana ujian. Bukankah jika ingin naik kelas kita wajib mengikuti ujian terlebih dulu. 

"Maka Nikmat Tuhan Kamu Yang Manakah Yang Kamu Dustakan"

29 komentar:

  1. masih berpikir kalau masalah saya sangat berat? Ya Allah sungguh kecilnya saya T^T.

    Masya Allah ustd. Tri luar biasa sekali. Banyak ilmu yang bisa kita serap dari beliau ya mbak...

    Jadi teringat dgn kata2. "Hai masalah besar. Aku punya Allah yang Maha besar."
    ada lagi, "Mengeluh memang melegakan. Tapi tidak menyelesaikan."

    Terima kasih mbak sudah diingatkan lewat tulisannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mengeluh memang fitrahnya manusia. Lewat orang2 shalih sepert inilah kita belajar buat mengendalikan keluhan.

      Hapus
  2. masih berpikir kalau masalah saya sangat berat? Ya Allah sungguh kecilnya saya T^T.

    Masya Allah ustd. Tri luar biasa sekali. Banyak ilmu yang bisa kita serap dari beliau ya mbak...

    Jadi teringat dgn kata2. "Hai masalah besar. Aku punya Allah yang Maha besar."
    ada lagi, "Mengeluh memang melegakan. Tapi tidak menyelesaikan."

    Terima kasih mbak sudah diingatkan lewat tulisannya.

    BalasHapus
  3. Kalau masih merasa masalah saya terlalu besar, Ya Allah betapa kecilnya saya. T^T

    Masya Allah. Betapa banyak ilmu yang dapat diperlajari dari beliau ya mbak. Jadi teringat kata2: "Hai masalah besar. Aku punya Allah yang Maha Besar."
    Dan "Mengeluh memang melegakan. Tapi tidak menyelesaikan."

    Jzk khairan mbak telah diingatkan lewat tulisannya.

    BalasHapus
  4. sering kita selalu melihat ke atas dan lupa bersyukur, tapi kalo Allah dengan kebesarannya menegur kita pasti akan malu, saya pernah seperti itu...

    BalasHapus
  5. Mbak Uci...saya kenal sama beliau, memang kisahnya luar biasa. Kesabaran dan keikhlasannya...wanita tangguh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Bekasi, ustadzah ini memang cukup terkenal mbak.

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Masya Allah... benar2 wanita yang hebat yaa...

    BalasHapus
  8. Dengan keterbatasan beliau justru meningkatkan kualitas dirinya, luar biasa.. salut dgn semangatnya..

    BalasHapus
  9. Masya Alaah, keren sekali ustadzah ini. Semangat juang dan keikhlasannya luar biiasa

    BalasHapus
  10. Inspiratif banget sosoknya, hidup itu emang harus selalu bersyukur sih yaa, yang kadang suka sulit kita lakukan x(

    BalasHapus
  11. iya.. harus banyak-banyak bersyukur

    BalasHapus
  12. malu rasanya mengeluh... thanks Uci sharingnya, makin cetar deh!

    BalasHapus
  13. iya bener banget mbk ketika memandang masalah dari sudut pandang yang lain
    kita akan lebih banyak bersyukur atas nikmat allah ya mbk :-)

    BalasHapus
  14. Masya Allah bahagia baca ini, bikin adem dan semangat☺

    BalasHapus
  15. Mbak Husna, masha Allah tulisannya bagus. Bahkan memang orang-orang disekitar kita bisa menjadi inspirasi kalau kita mengenalnya ya Mbak.
    Semoga Mbak Husna dan Ustadzah Tri selalu dimampukan Allah Swt agar istiqamah dalam kebaikan yaa :)

    BalasHapus
  16. Subhanallah, terima kasih telah berbagi kisah yg bisa jadi pengingat diri. Salam kenal, Mbak...

    BalasHapus
  17. Hari ini saya berkesempatan utk bertemu dan mendengarkan ceramah ustadzah Tri... MasyaAllah, pengalaman hidupnya memang luarbiasa

    BalasHapus
  18. Hari ini saya berkesempatan utk bertemu dan mendengarkan ceramah ustadzah Tri... MasyaAllah, pengalaman hidupnya memang luarbiasa

    BalasHapus
  19. Mba bisa saya minta kontak untuk menghubungi ustadzah Tri? Terimakasih

    BalasHapus

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.