Minggu, 04 Oktober 2020

Mau Pandemi Lekas Kelar? Patuhi Aturan Adaptasi Kebiasaan Baru

 

Lagi-lagi ngomongin si coronces. Rasanya hampir muak banget dengan mahkluk tak kasat mata itu. Sudah 7 bulan ada di Indonesia dan dia masih betah dong. Karena dia, kita jadi punya batas untuk beraktivitas. Mau keluar rumah selalu was-was karena dia bisa menyerang dengan cepat. Kalau si virus itu wujudnya seperti manusia, bisa kita hindari kan. Bisa kita kasih pelajaran juga karena kehadirannya sudah benar-benar meresahkan dan menakutkan. 

Dari awal orang pertama yang dikonfirmasi positif covid19, saya sudah sangat hati-hati. Anak-anak ngga boleh keluar rumah, selalu minta mereka buat cuci tangan setelah pegang-pegang sesuatu, dan meminta mereka untuk banyak minum juga. Dibilang takut, iya saya takut. Takutnya lebih ke anak-anak. Karena mereka tingkat risikonya lebih tinggi.  


Tapi, setelah berjalan 4 bulan, saya mulai melonggar. Bukan, bukan berarti abai kok. Tapi saya lebih mencari afirmasi positif dengan berusaha selalu bahagia. Karena, perasaan bahagia itu menjadi hal penting untuk meningkatkan imunitas. Covid19 bisa mati dengan sendirinya jika tubuh kita punya 'tameng' yang kuat. 

Beberapa hari yang lalu, saya ikutan webinar bareng Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang temanya


Yuk Disiplin, Covid19 Ambyar.  

Sejak pandemi melanda Indonesia, saya jadi lebih aware pada kesehatan. Campaign-campaign yang digalakkan oleh Kemenkes semata agar kita bisa lebih sadar dalam mengadaptasi kebiasaan baru. Sudah tau yaa kalau Kemenkes punya campaign 3M. Dr. Riskiyana S Putra ,M.Kes sebagai narasumber pada webinar mengatakan kalau kita harus bijak dan cerdas mencari informasi soal Covid19. Jangan sampai niatnya mau cari info yang benar eh malah nyasar ke berita hoax.  

Ketika banyak masyarakat panik dan ketakutan, informasi yang ngga valid malah bikin situasi jadi makin rumit. Berita-berita ngga benar malah jadi bikin masyarakat makin ketakutan. Perasaan takut berlebihan itu yang akhirnya menurnkan sistem imun. Akhirnya, banyak yang mudah terserang Covid19. 


Dr. Riskiyana mengatakan kalau simpang siur berita soal virus corona memang jadi polemik di tengah masyarakat. Makanya, edukasi soal pandemi ini harus dimulai dari lini terkecil yaitu keluarga. Sejak awal pandemi, saya sudah memberikan edukasi sama anak-anak. Tentunya, dengan bahasa yang mudah mereka pahami. Hingga kini, anak-anak terbiasa cuci tangan setelah dari luar rumah, setelah main, atau setelah memegang sesuatu. Keluar rumah sudah terbiasa pakai masker dan akan berasa ada yang kurang kalau masker ngga on point di wajah. 

Sadar Dan Patuhi Kebiasaan Baru, Demi Covid-19 Ambyar Dari Muka Bumi

Narasumber dalam webinar Yuk Disiplin, Covid19 Ambyar adalah dr. Rose Mini Agus Salim. M.Psi yang akrab disapa bunda Romi. Pemaparan beliau cukup enak karena bahasa seorang psikolog itu biasanya langsung jleb di hati. Bunda Romi mengatakan kalau kita sebagai masyarakat memang harus punya kesadaran. Dalam menghadapi pandemi ini, kesadaran harus terus ditingkatkan. Karena rasanya kaya percuma gitu dengan gencarnya edukasi yang disampaikan, kalau tanpa diimbangi sama kesadaran untuk berubah.  



Pandemi ini bikin kita dituntuk untuk beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang disebut 3M : Mencuci Tangan, Memakai Masker, dan Menjaga Jarak. Kebiasaan ini yang harus diterapkan setiap hari. Tujuannya, agar mata rantai Covid19 bisa terputus. 

Bunda Romi menambahkan, ada beberapa hal yang harus kita lakukan, agar bisa disiplin dalam menerapkan adaptasi kebiasaan baru. Bisa dilihat di gambar di bawah ini ya.  


Beneran deh, kalau kita semua disiplin pakai masker, jaga jarak, atau yaa ngga perlu kelur rumah dulu kalau ngga penting-penting amat, pandemi ini bakal cepet kelar. Tenaga kesehatan kaya dokter pernah memprediksi kalau pandemi ini bisa kelar pada bulan juli lalu. Namun nyatanya makin tinggi aja angka penderitanya. Bukan prediksi dokter yang salah. Tapi masyarakat yang bebal ngga bisa disiplin. Diminta buat ngga kumpul-kumpul dulu, ehh masih aja kumpul-kumpul ngga jelas. 

Jujur, saya sedih campur kesal dengan situasi ini. Anak-anak sudah 7 bulan ngga sekolah. Kegiatan belajar di rumah sudah mulai membosankan buat mereka. Akhirnya, saya pasrah membiarkan anak main, nonton tv, dan melakukan kegiatan lain demi tetap ceria. Efek pandemi meluas dan makin ngga karuan. 

Ayo dong, kita mampu kok melewati pandemi ini dan tetap sehat. Kuncinya satu, disiplin. Kalau mau pandemi ini cepat kelar, lakukan dan taati anjuran kesehatan di masa pandemi ini. 

Dengan begitu, yakin deh pandemi kelar. Memang ngga mau bisa jalan-jalan lagi tanpa rasa takut? Memang ngga mau ajak anak-anak liburan tanpa worry? Memang ngga mau ketemu sahabat dan orang-orang tersayang tanpa perlu jaga jarak? Yakin kita bisa. Yakin kita mampu. Makanya, dispilin dong. Yook bisa yook :) 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.