badge

Selasa, 14 Juni 2016

Ngabuburit Bareng USA Alumni Sampoerna Academy


Kalau biasanya, saya menghabiskan waktu menjelang berbuka puasa sama anak-anak dan suami di rumah, hari Jum'at lalu saya dapat kesempatan untuk iftar bareng orang-orang spesial. Siapa? Mereka itu para USA Alumni Sampoerna Academy. Yang lebih istimewa, mereka baru saja lulus dari Universitas-Universitas di Amerika. Sebagian ada yang masih berstatus mahasiswa dan sebagian lagi sedang menjalani magang di Indonesia. 

Saya sering sekali mengatakan bahwa betapa saya ingin sekali melanjutkan sekolah, ke luar negeri. Walau sampai saat ini belum terwujud, tapi ada saja cara Allah mendekatkan saya dengan impian saya. Salah satunya, diberi kesempatan bertemu dan berbincang dengan mereka yang sekolah di luar negeri. Dari mereka saya tahu, bagaimana perjuangan agar bisa sekolah di universitas terkenal di luar negeri. Seperti perjumpaan saya dengan beberapa alumni dari Sampoerna Academy

Mereka bukan sekedar mahasiswa, tapi ada yang menarik dari perjalanan mereka menuntut ilmu. Melihat mereka bersemangat ketika menceritakan pengalaman mereka saat sekolah di luar negeri, saya jadi ikut terharu. Karena memang, perjalanan mereka untuk bisa mendapatkan beasiswa tidak mudah. 

Acara ngabuburit ini diadakan di TeSate Resto Menteng, Jakarta. Acara dimulai dengan perkenalan para alumni. Dengan takjub saya mendengarkan perkenalan mereka satu persatu. Sebenarnya ada 14 alumni yang harusnya hadir, namun beberapa terjebak macet sehingga baru bisa datang ketika sudah berbuka. 

Suasana Iftar Bersama
Setelah sesi perkenalan, untuk mencairkan suasana, MC mengajak kami untuk bermain games. Gamesnya cukup mudah. Kami membuat kelompok berdasarkan meja. Kami hanya diminta untuk merangkai kata menjadi satu kalimat. Sayangnya, kelompok saya tidak menang. Tapi, itu hanya ice breaking. Suasana jadi lebih cair dan obrolan saya dengan salah satu alumni yang duduk di depan saya pun mulai mencair. 

Ngabuburit ini juga dihadiri oleh Ibu Nenny Soemawinata, CEO Sampoerna Foundation. Ini bukan kali pertama saya bertemu beliau. Pertama kali, saya bertemu di acara peluncuran buku Ibu Nenny di Grand Indonesia. Dan, ini adalah kali kedua saya bertemu beliau. Ibu Nenny ini ramah dan keibuan sekali. Sekali melihat saja, kita akan bisa merasakan bahwa Ibu Nenny orang yang sangat rendah hati dan baik. 

Ibu Nenny Soemawinata (Photo By Satto Raji) 

Dalam kesempatan ini, Ibu Nenny memberikan sedikit tentang visi misi dari Sampoerna Academy. Menurutnya, Sampoerna Academy tidak hanya mencetak lulusan yang pintar, tapi juga siap kerja. Siap disini maksudnya, bisa menghadapi berbagai tantangan yang akan terjadi. Dan MEA adalah salah satu tantangannya. Di era yang setiap orang di dunia bebas masuk ke Indonesia untuk bekerja, tentu diperlukan generasi atau orang-orang yang siap bersaing. Kalau kemampuan kita biasa-biasa saja, mungkin kita akan terpinggirkan. 

Kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) yang siap bersaing ini, tentu akan semakin besar mengingat ada banyak perusahaan baru juga. Kalau SDM dari Indonesia tidak ada, tentu perusahaan-perusahaan itu akan mengambil SDM dari luar negeri. Dan ini sudah terjadi. Saya pun sering sekali melihat orang bule wara-wiri di perkantoran Jakarta. Bukan wara-wiri menggunakan backpack dan bercelana pendek, tapi berkemeja rapi lengkap dengan jas dan tas. Dengan penampilan seperti eksekutif muda itu, sudah bisa dipastikan kalau bule-bule itu adalah pekerja di Jakarta. 

Sampoerna Academy memiliki komitmen untuk mencetak lulusan yang siap bersaing dengan para SDM luar negeri. Salah satu cara agar lulusan Sampoerna Academy siap 'bertarung', mereka membantu memfasilitasi siswanya untuk melanjutkan studi di Universitas-Universitas di USA. Sampoerna Academy memberikan beasiswa full bagi siswannya yang berprestasi. 

Alumni Sampoerna Academy 

Ketika sesi sharing bersama para alumni, ada 2 orang yang sempat saya ajak berbincang. Walau obrolan kami sangat singkat karena keterbatasan waktu, saya cukup senang dan kagum dengan mereka. 

Rizky Nur Zairina

Kesan pertama saya bertatapan dengan perempuan ini, she looks so humble. Rizky terlihat santun dan lembut. Postur tubuhnya tidak jauh berbeda dengan saya, imut dan tidak terlalu gemuk. Walau 4 tahun sekolah di Amerika, logat jawanya masih tetap terdengar. 


Perempuan kelahiran Mojokerto ini terpilih sebagai siswa di SMAN 10 Malang Sampoerna Academy. Dari sinilah, Rizky banyak mendapat kesempatan berharga, salah satunya dapat kesempatan untuk ke luar negeri untuk pertama kalinya. Saat itu, Rizky ikut program pertukaran pelajar ke New Zealand selama satu bulan. Dari program yang ia jalani itu, Rizky mendapat banyak pengetahuan soal perbedaan budaya. 

Karena prestasinya itu, Rizky berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Rizky mengambil jurusan Industrial Engineering di West Virigian University. Saya sempat kagum ketika ia menyebutkan jurusan yang diambil. Bagi saya, terlihat sangat maskulin sekali jika seorang perempuan mengambil jurusan yang sebenarnya lebih dominan untuk laki-laki. 

Saya sempat bertanya pada Rizky soal perasaannya jauh dari orangtua. Dia berkata, pada awalnya memang berat namun dengan siklus belajar dan banyak teman-teman, sedihnya bisa terobati. Yang paling sedih ketika ia  harus melewati Ramadhan di Amerika. Di tahun pertama ia tinggal di Amerika kebetulan sedang Ramadhan dan mau tidak mau ia harus menjalani puasa jauh dari orangtua. Namun itu hanya di tahun pertama saja. Karena, di tahun-tahun berikutnya ia dan teman-teman yang lain diizinkan pulang ke tanah air. 

Rizky punya panggilan akrab yaitu Kiwi, lucu ya nama panggilannya. Kiwi tergolong anak yang aktif, baik di dalam maupun di luar kampus. Hobinya adalah berbagi, terutama berbagi ilmu yang dimilikinya. Dia juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di kampus. Walau aktif dengan banyaknya kegiatan, namun Kiwi masih bisa menyeimbangkan dengan prestasi akademisnya. Terbukti dengan terpilihnya Kiwi menjadi anggota Mortar Boaerd Laurel Chapter yaitu perkumpulan 50 mahasiswa terbaik di kampus. 

--------

Kiwi atau Rizky menjadi salah satu contoh anak bangsa yang peduli pada pendidikan. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk kemajuan bangsa Indonesia. Kalau saja semua anak berpikiran seperti Kiwi, terus bersemangat belajar dan menuntut ilmu, mungkin kita akan mendapati negeri ini maju dan berkualitas. 

BloggerCrony Team Bersama USA Alumni Sampoerna Academy (photo by satto raji)
Sayangnya acara ini sangat singkat. Rasanya kurang sekali berbincang dengan anak-anak hebat itu hanya dalam waktu 2 jam. Saya ingin berbincang dengan 14 anak itu, sayangnya hari sudah terlalu malam dan kami memang terpaksa harus mengakhiri perjumpaan. Semoga di lain waktu, saya bisa berjumpa lagi dengan mereka. Membicarakan gairah belajar mereka yang luar biasa dan menyebarkannya pada anak-anak lain agar bersemangat dalam menuntut ilmu. 

10 komentar:

  1. huwahhh impian untuk kuliah aja blum trcapai apalagi kuliad di LN. hhhee
    takjub dengan semngat berbagi ilmu dri mba Rizky ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. samaa mba, aku pun merasa amaze banget lihat mereka

      Hapus
  2. senang banget ya, ikut acara seperti ini, menambah semangat. Dan utk Kiwi, hebat :)

    BalasHapus
  3. Wuaaaa... seru ya bisa kuliah di LN
    Diriku kapan ya? #ngarep

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah... kalau ada rezekinya, mba nunu bisa kuliah di LN :)

      Hapus
  4. Terima Kasih Mbak dan Mas semuanya :) Semoga terinspirasi :)

    BalasHapus
  5. iya jadi ngebayangin anak anakku nih, satu saat alumni mana yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alumni manapun asal mereka bisa bermanfaat bagi orang banyak, itu udah bikin senang ya bu :)

      Hapus

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...