badge

Minggu, 28 Agustus 2022

Merdeka Dari Stigma Bagi OYPMK

 

Kita tahu ya kalau penyandang disabilitas memang mereka yang memiliki keterbatasan. Keterbatasan mereka terkadang jadi penghambat dalam mengembangkan diri. Ada rasa minder dengan mereka yang normal. Padahal dibalik keterbatasan yang dimiliki, pasti ada kemampuan atau kelebihan yang bisa diasah. 

Bicara soal disabilitas, banyak sekali ya jenis disabilitas yang ada. Salah satunya, penderita kusta yang masuk kategori disabilitas. Masih ada loh diskriminasi yang didapat dari para penderitanya. Even, ketika mereka sudah dinyatakan sembuh atau bisa dikatakan Release Form Treatment (RFT). Untuk penyandang kusta, predikat disabilitas itu akan tetap nempel. Hal itu yang jadi masalah psikologis bagi mereka yang mengalami kusta. 

OYPMK

Karena permasalah kusta dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) ini masih terus terjadi, jadi memang edukasinya berkelanjutan. Kembali, saya menyimak diskusi ruang publik bersama Ruang KBR lewat YouTube live streaming. Kali ini narasumber yang hadir diantaranya :

  • Dr. Mimi Mariani Lusli, Direktur Mimi Institue
  • Marsinah Dhedhe, OYPMK serta aktivis wanita 

Penderita kusta, selain mengalami gangguan kesehatan, mereka juga rentan mengalami gangguan psikologis. Apalagi kalau lingkungan sekitar minim edukasi soal kusta, maka bisa mengganggu hubungan sosial si penderita dengan masyarakat sekitar. Kurangnya dukungan dari masyarakat, penderita kusta akan merasa tidak bebas dan jadi tidak nyaman dalam hubungan bermasyarakat. Efeknya, mereka jadi kurang mampu dalam pemenuhan hak hidup dan lingkungan inklusif hanya jadi angan-angan mereka saja. 

Menurut Dr. Mimi yang sering mendapatkan curhat dari OYPMK, kalau mereka sering mengalami gangguan psikis. Karena kebanyakan dari mereka, merasa tidak akan diterima oleh masyarakat. Ketika dokter memvonis kusta, para penderita kusta pastinya syok. Dunia seakan runtuh dan segala pikiran negatif bermunculan. 

Dr. Mimi menambahkan, faktor penyebab gangguan psikis penderita kusta diantaranya:

  • Pengetahuan dan informasi yang kurang soal kusta. Informasi yang salah dan keliru menjadikan penderita kusta dijauhkan.
  • Stigma buruk dari masyarakat. Masih ada yang menganggap kalau kusta adalah penyakit kutukan. Padahal itu adalah hanya mitos yang berkembang di masyarakat. 
Jika penderita kusta mengalami gangguan psikis maka akan sulit untuk bisa hidup normal. Efek buruknya, mereka jadi kehilangan semangat untuk sembuh. 

Dhedhe yang merupakan OYPMK yang divonis kusta ketika masih sekolah dasar. Saat itu, karena tidak mengerti kalau itu kusta, dia sempat menyilet kulitnya yang keras. Lalu, Dhedhe mengajak orangtuanya untuk ke puskesmas untuk berobat. Setelah dilakukan pemeriksaan, maka vonis kusta itu didapatkan. Stigma juga dirasakan oleh Dhedhe ketiak divonis kusta. Ketika berada di luar rumah, bully dan cacian sering dirasakan. 

Affirmation action penting dilakukan bagi OYPMK. Terutama bagi perusahaan wajib memberikan peluang bagi disabilitas agar bisa bekerja di lingkungan kerja. Kalau menurut undang-undang, BUMN wajib memiliki 2% pekerja disabilitas, sedangkan BUMS adalah 1%. 

Untuk kembali ke masyarakat, penderita kusta seharusnya bisa mendapatkan:
  • Dukungan dari keluarga. Pelukan yang hangat dari keluarga, penderita kusta akan merasa percaya diri dan memiliki semangat untuk sembuh
  • Ketika berada di lingkungan sekolah, mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak
  • Saat terujun ke masyarakat, beri kesempatan mereka untuk terlibat didalamnya
Dr. Mimi mengatakan untuk mengubah stigma terhadap OYPMK. Jangan dijauhi, tapi dekati. Dengan edukasi yang baik dan komprehensif, bukan tidak mungkin stigma itu akan hilang. 

Penderita disabilitas juga butuh keberanian untuk menyampaikan keluh kesahnya. Dr. Mimi yang juga seorang disabilitas (tidak bisa melihat), memberanikan diri untuk menghadapi stigma. Beliau bertanya pada orang-orang yang menjauhinya, kenapa mereka melakukan hal tersebut. Dengan pendekatan yang baik, akhirnya orang-orang sekitar bisa membuka diri dan menerima. 

Pada akhirnya, kitalah sebagai masyarakat yang harus membuka diri. Jangan jauhi OYMPK dan penyandang disabilitas lain. Karena, stigma yang dibuat masyarakat bisa menjadikan gangguan psikis bagi OYPMK. Mereka yang sudah sembuh dari kusta, bisa kok beraktivitas layakanya masyarakat normal. Malah diantara mereka ada yang berprestasi juga. Jadi, stop stigma terhadap OYPMK mulai dari diri kita sendiri. OYPMK berhak merdeka dari stigma. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...